Sabtu, 22 Maret 2014

Sebuah Kiriman

Kepadamu, pria yang menyeka lukaku dengan penerimaan berbalut cinta.

Ini bukan sebuah surat selamat karena kamu memenangkan sesuatu. Bukan pula surat yang dapat kau tukarkan dengan sebuah hadiah. Ini bukan penyelamatan. Surat ini hanyalah teriakan tak bersuara mengenai rasa syukur betapa indahnya semakin lama mengenalmu.

Ratusan hari kita sudah saling menyelami, namun baru kini kamu melihat lagi sisi lainku yang terungkap tak tersengaja. Pena dengan tinta hitam yang kuukir selengkung demi selengkung di masa lalu mulai kamu baca lembar demi lembar halamannya. Kamu mulai mengenali tokoh-tokoh yang hadir mengisi buku dalam kehidupanku. Mereka bagianku, baik buruknya mereka akan menjadi elemen yang mengekoriku.

Membiarkanmu membaca buku berisi ceritaku merupakan sebuah tantangan yang melahirkan banyak tanya. "Bagaimana ritme degup jantungmu ketika membaca bukuku?" "Apa yang kamu lihat dariku begitu mengetahui asal usulku?" Entah pertanyaan apa lagi yang saat itu riang berlarian di pikiranku, aku tak lagi ingat karena kini semua sudah sirna seolah terusir oleh badai hujan. Ya, semua kecemasan berkedok pertanyaan lenyap. Sedetik setelah kamu menghujaniku dengan cinta, mereka tak lagi mengendap.

Adanya kamu menambah lagi rasa syukurku. Sendiri tak lagi menjadi namaku ketika kamu menjatuhkanku dalam pelukmu. Kamu menerimaku, berikut dengan segala kemalanganku. Kamu menguatkanku bahkan di waktu aku tak merasa lemah. Kamu semakin menambah bukti bahwa Tuhan tak pernah berhutang budi. Kuyakini, Tuhan mengirimmu untuk melengkapiku.

Terima kasih karena telah mencintaiku beserta lebih kurangku, berkat itu aku mencintaimu dengan terlanjur terlalu. Namun mengingat segala penerimaan yang menjadi milik bisa begitu mudahnya diambil kembali oleh Sang Empunya, aku hanya bisa berdoa. Menyerahkan dirimu ke dalam tanganNya adalah pilihan terbaik dari segala yang tepat. Terima kasih karena telah bersedia menjadi paket yang dikirim Tuhan sebagai hadiah atas kuatku selama kemarin dan kemarinnya lagi selama aku ditempa olehNya. 
Terima kasih, Tuan S. Melalui dirimu aku jadi lebih mengerti. 
Bahwa aku ditempa bukan untuk mati, melainkan untuk hidup.

Minggu, 02 Maret 2014

Sukses!

Untuk Tuan Milanisti kesayanganku, 
Suno Christiawan Telaumbanua.

Yihaaaaa!
Akhirnya kita sukses menyelesaikan misi kita dalam program #DuaHati ini. Sungguh ini merupakan pengalaman pertama yang sangat mendebarkan bagiku. Masa-masa mengomelimu untuk rajin menulis, saat aku sendiri berjuang melawan kejenuhan dalam berbalas surat denganmu, itu semua akan menjadi kenangan yang indah untuk diingat kembali. Ternyata perjalanan kita selama 30 hari ini jauh melebihi ekspetasiku di awal bulan lalu. Apa yang terjadi nyatanya lebih menyenangkan dari yang ada dalam dugaanku.

Jujur sayang, aku tidak memiliki ide dan waktu yang cukup untuk menulis penutup yang manis dalam secarik surat terakhir ini. Seperti yang kamu tau, saat ini kita sedang berada di kegiatan bakti sosial yang sangat menuntut keberadaan kita masing-masing. Namun keadaan ini tidak menyurutkan niatku untuk menulis surat bagimu. Dan karena hal yang satu ini, aku sangat mengucap syukur. Berkat komitmen yang telah mengikat kita sejak awal ini, aku jadi mengerti satu hal bahwa waktu luang akan selalu ada jika kita menginginkannya dengan terlalu.

Baiklah, Sayang. Dalam suratku ini aku tidak bisa berlama-lama merangkai ratusan kata yang indah. Biarlah kesederhanaan perasaanku padamu yang tersirat dalam surat ini bisa menjadi kemegahan yang berkesan di hatimu. Sebagai ungkapan syukurku atas suksesnya misi surat menyurat #DuaHati kita ini, aku juga ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepadamu.

Terima kasih, Sayang.
Terima kasih karena telah memperkenalkanku pada program @PosCinta ini. Terima kasih karena telah bersedia memilihku untuk menjadi partner bersuratmu. Terima kasih atas segala macam hal yang telah kau lakukan untuk membuat ketekunanku dalam menulis semakin menjadi.

Sebagai penutup, kuucapkan selamat untuk kita berdua.

Dengan sepenuh cinta,
Nona Kittymu, Vierena Tirza Dwivantiara.

The Last but not Least

Kepada: @PosCinta dan segenap jajaran tukang posnya.

Pos Cinta beserta seluruh jajaran tukang posnya yang sangat kukasihi, sejujurnya aku sangat bingung ingin menutup program ini dengan mengirimkan surat kepada siapa. Penutup yang manis tentunya sangat didambakan oleh tiap orang yang telah konsisten menulis dalam program #30HariMenulisSuratCinta. Sungguh pusing tujuh keliling kepalaku agar bisa menciptakan secarik surat yang kiranya dapat berkesan, setidaknya untuk diriku sendiri. Tapi apalah daya, saat ini kondisi sekitar tidak mendukungku untuk duduk tenang dan meracik kata-kata yang indah. Sekedar informasi saja, saat ini aku sedang berada di lokasi Bakti Sosial yang diadakan kampusku. Aku berada disini selama tiga hari, dan ini adalah hari keduaku. Berada di desa pelosok kota Bogor yang minim sinyal internet semakin menyulitkanku dalam menulis bahkan mungkin dalam mengirimkan surat kali ini. Tapi aku tau persis, itu bukan alasan untuk lari dari konsistensiku dalam menulis selama 30 hari ini. Baiklah, setelah kupikir berulang kali dengan matang-matang akhirnya kuputuskan surat terakhir dalam program #30HariMenulisSuratCinta ini kutujukan untuk kalian, orang-orang yang dengan setulus hati telah menghempaskanku ke tumpukan cinta di kantor pos yang membuatku lebih bergairah dalam menulis.

...

Untuk kamu yang pertama kali memperkenalkanku pada Pos Cinta, Suno Christiawan.

Terima kasih teramat sangat kuucapkan kepada kamu. Berkat doronganmu yang begitu besar, aku mulai memberanikan diri untuk menulis lembar demi lembar surat setiap harinya. Perlu kau ketahui, namamulah yang paling banyak tertera di tumpukan 45 suratku selama 30 hari ini. Tapi kurasa hal itu tak cukup untuk membayar segala kebaikanmu yang telah menceburkanku dalam program ini. Sekali lagi, terima kasih. Tak akan cukup sehari ini jika harus kugunakan untuk mengutarakan segala kebaikanmu. Karena hanya dengan tindakan sederhanamu yang memperkenalkanku pada Kantor Pos inilah yang menjadi titik awal bagiku untuk meluangkan waktu agar dapat kembali menulis.

Untuk Om Pos yang tak lelah berkeliling menyampaikan suratku setiap harinya, Kak Em.

Halo Om Pos yang sempat mengajukan cuti. Terima kasih sekali kuucapkan kepada dirimu. Kalau kau ingat, ini bukan kali pertama aku mengucapkan terima kasih kepadamu. Karena sebelum hari inipun aku sudah merasakan kebaikanmu yang mungkin tak sengaja kau berikan kepadaku. Terima kasih, Kak Em. Karena di tengah-tengah harimu yang kuyakin sangat sulit mencuri sela waktu itu, kamu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu berkeliling mengantar surat dari para pecinta yang mengirim surat mereka melaluimu. Kuharap kebahagiaan selalu menyertaimu yang dengan tulus mau menjadi lelah untuk kebahagiaan kecil bagi orang lain.

Untuk Tukang Pos Keliling dan Tukang Pos Siaga yang tak dapat kusebut satu persatu.

Siapapun kalian, aku percaya kalian adalah orang-orang baik hati. Ya, kalian tak bisa memungkiri kepercayaanku itu. Karena telah terbukti, melalui kalian banyak orang merasa terbahagiakan oleh surat-surat yang kalian antar maupun surat yang kalian posting. Terima kasih untuk kalian semua, semoga kelak Tuhan memberiku kesempatan untuk bisa mengenal kalian lebih dekat lagi. Supaya kebaikan yang kalian miliki boleh menulari diriku yang terbilang kagum atas jerih lelah yang kalian upayakan dalam program #30HariMenulisSuratCinta ini. Diberkatilah kalian oleh Tuhan , para tukang pos cinta yang kukasihi.

Untuk Kantor Pos paling romantis sejagat raya, @PosCinta.

Biiim! Biiim!
Sapaan hangat khas yang setiap hari selalu berkeliaran di linimasaku selama bulan merah muda ini memang selalu dinanti oleh orang-orang yang dipenuhi cinta, termasuk aku. Terima kasih @PosCinta, terima kasih juga Bosse yang telah berbaik hati menciptakan program berkualitas ini. Sungguh aku kehabisan kata untuk berucap terima kasih kepada kantor pos yang satu ini. Tapi benar, tiada terkira rasa syukurku atas pertemuanku dengan pos cinta di tahun kuda kayu ini.

Akhir kata, terima kasih untuk kalian semua.
Berkat kalian, ada banyak hal positif yang berdampak dalam hidupku. Salah satunya adalah ketika aku tau, bahwa tulisanku tidak hanya dapat menyenangkan hatiku sendiri tapi juga orang lain yang membacanya. Dan banyak syukur yang lainnya terjadi ketika aku menjadi lebih peka dengan keadaan sekitar dan menuangkan apa yang kulihat dan kurasa dalam secarik surat setiap harinya.  Untuk ke depannya, kuharap kantor pos cinta ini selalu setia membagi cinta lagi di bulan warna merah jambu pada tahun berikutnya. Sekali lagi, terima kasih @PosCinta! Peluk dan ciumku tercurah untuk kalian semua!
Dengan penuh cinta,
Vierena Tirza Dwivantiara.

Sabtu, 01 Maret 2014

Benarkah Kamu tak Bersayap?

Kepada malaikat yang mengaku tak punya sayap.

Suatu hari yang tak terprediksi, kau datang sendiri. Menawarkan diri untuk mengobati hati ini. Aku yang masih ragu dengan hadirmu merasa harus mawas diri dan berhati-hati. Tapi dengan lembut kau katakan kau datang untuk mencintai, bukan melukai. Sepi dan sunyi yang menaungi diri membuatku langsung mempercayai. Tanpa kusadari dirimu malah memberi duri.
Kau datang begitu saja, tanpa kuminta dan tak terduga. Memberi tawa yang selalu membuatku tergoda. Aku tak mungkin lupa dengan cinta yang kau bawa. Begitu setia dan buatku terlena, kehadiranmu selalu membuatku bahagia. Kapanpun ku mau, kau ada. Setiap aku butuh, kau siap sedia. Tapi tiba-tiba kau pergi begitu saja meninggalkan luka, meretakkan hati dan jiwa.

Kini dalam sekejap sosokmu lenyap. Aku yang tanpamu bagai terperangkap dalam ruang gelap. Mencari suara pada hening yang senyap. Aku kalap, harusnya sebelum terlelap aku dapat melihat kau yang punya sayap. Agar aku dapat bersiap, hingga ketika kau pergi mengepakkan sayap aku tak lagi meratap.


Dariku, manusiamu, yang kau tinggalkan.