Kamis, 28 November 2013

Aku. Cinta. Kamu.

Aku.
Ngga tau mau nulis apa.
Ngga tau harus mikirin apa lagi.
Ngga tau gimana lagi caranya nenangin diri.

Kamu.
Yang aku mau.
Yang aku butuhkan.
Yang aku sayangi.

Aku ngga tau apa-apa lagi selain aku cinta kamu, Suno Christiawan.
Cuma itu.

Minggu, 03 November 2013

Love BEM, Love SenBud (II)

Sebelumnya maaf banget nih bloggers, kalo gue hari ini rasis dikit. Hehehe
Barusan gue abis bongkar-bongkar postingan yang lama terus nemu ini. 
Langsung aja gue ketawa-tiwi sendiri inget betapa dulu gue masih merasa asing di BEM dan sekarang gue malah merasa BEM itu salah satu bagian keluarga gue :')
Oia di postingan lama itu ada foto-foto SenBud pas masih awal-awal kepengurusan periode 2012-2013. Nah sekarang, gue mau iseng aja nih posting foto-foto SenBud di akhir periode. Sedikit banyak foto ini ngga cuma sekedar pamer tapi juga sebuah pembuktian, bahwa loyalitas, totalitas dan solidaritas ngga hanya diucapkan tapi harus diimplementasikan :)

Bisa dilihat kan gimana bedanya dari yang awal periode fotonya masih malu-malu kucing eh pas di akhir periode keliatan banget kebersamaannya. Melalui foto ini, bukannya gue mau membeda-bedakan teman. Tapi pelajaran yang bisa gue ambil dari moment-moment dalam foto ini adalah: "Kebersamaan itu adalah sesuatu yang sangat berharga."
Dan yang namanya bertahan dalam kebersamaan adalah sesuatu yang mahal harganya :')

 With love and no rasis,
VTD.

Minggu, 27 Oktober 2013

Tersenyumlah :)

Hei, Orang Asing!
Mungkin ini permohonan yang aneh untuk kamu penuhi.
Aku ingin kamu selalu tersenyum kepadaku.
Memperlihatkan barisan gigimu yang rapih itu kepadaku.
Senyumanmu itu alasan kedua yang selalu membuatku ingin cepat-cepat bertemu denganmu.
Alasan pertamanya apa? Itu cukup menjadi rahasiaku saja ya, Sayang.

Aku selalu suka melihatmu melengkungkan garis bibirmu ke atas.
Hal itu mampu membuatku semakin jatuh cinta kepadamu.
Membuatku semakin goyah menahan diri untuk tidak memelukmu.
Membuat hati ini seraya akan meledak saat kamu menyembunyikan kembali senyumanmu itu.
Ah, senyumanmu itu sungguh pengantar tidur yang lebih manis dibanding dongeng-dongeng dari dunia peri.

Aku selalu berangan bisa melihat senyummu setiap hari.
Di saat aku membuka mata terbangun dari mimpiku.
Dan ketika aku hendak memejamkan mata, beristirahat merebahkan tubuhku.
Aku ingin melihat senyummu di setiap waktu yang kuinginkan.
Menjadi alasanmu tersenyum adalah bagian dari salah satu cita-citaku kini.

Sadarkah kamu, Sayang?
Begitu hebatnya pengaruh senyumanmu itu bagi emosiku.
 
Kamu bilang, kamu (juga) menyukai senyumanku.
Aku beritahu satu hal, sayang.
Mudah sekali bagimu membuatku melengkungkan garis bibirku ke atas atau ke bawah.
Kamu tinggal pilih, mana yang membuatku terlihat lebih menarik di matamu.
Jadi aku mohon, tetaplah tersenyum, untukku, karenaku, bersamaku, selalu.

Untukmu, orang asing yang kucintai:
TERSENYUMLAH!
Walaupun hanya berupa titik dua dan sebuah kurung tutup :)

Kamis, 24 Oktober 2013

Kamu

Kamu, sebuah indah yang dihadirkan Tuhan
Tanpa kemegahan yang berarti
Kamu masuk membuat riuh di dalam hati
Tak perlu waktu yang lama
Aku telah dicumbu kesederhanaanmu
Rindu dan kekaguman sudah terlanjur menggerogoti dinding hati

Kamu adalah musuh besar keraguanku
Karena kamu datang bersama keyakinan
Menyeka luka dan menyelamatkan angan yang telah tenggelam
Memberi penawar bagi racun yang mematikan rasa di dada

Kamu, si perajut asa yang penuh dengan gelora
Pemberi kehangatan bagi jiwa yang rindu untuk direngkuh
Pengisi kekosongan jari jemari yang ingin disentuh cinta
Pencipta dan peremuk setiap prasangkaku

Kamu, seorang yang kini tidak asing lagi bagi mataku
Yang suaranya selalu dirindukan telingaku
Dan kecupanmu selalu dinantikan di setiap mimpiku
Kamu meresahkan jika tidak kulihat

Kamu, inginku hanya sederhana
Bersamamu merengkuh asa
Sampai kita renta.

Jumat, 20 September 2013

Catatan Syukur

Tuhan, sebelum menutup hari ini aku mau mencatat sebagian kecil dari seluruh kebaikan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku di hari ini. Dan aku mencatat ini dengan tujuan: mensyukurinya.

Aku mengucap syukur Tuhan, karena hari ini aku masih bisa tidur dengan nyaman walaupun beban pikiranku sangat banyak dan ya, Engkau tau Tuhan, ini bukan masalah yang mudah bagiku.
Aku mengucap syukur juga karena Engkau telah membangunkan tidurku di waktu yang tepat. Ketika ayam belum berkokok dan aku sudah bisa menyapaMu dengan penuh keteduhan. Ya, saat yang paling indah untuk berhadapan dengan Engkau, Bapa.
Aku berterimakasih untuk kekuatan yang Kau berikan padaku dalam mengendalikan diri. Buah Roh tersulit itu bisa aku jalankan walaupun tidak dengan kesempurnaan.
Aku juga sangat bersyukur Tuhan, ketika aku melihat senyum sukacita yang menghiasi wajah teman-temanku seusai acara ospek sukses terselenggara. Tak bisa dipungkiri lagi, itu semua hanya karena kemurahanMu.
Selanjutnya, aku sangat mengucap syukur, juga sangat berterimakasih Tuhan. Karena Engkau mendengar doaku. Engkau betul-betul menggenggam erat tangan orang yang kusayangi. Engkau betul-betul melindungi dia, sepenuhnya. Tanpa cela, tanpa kompromi. Engkau menjamin keselamatan dirinya, menutup bungkus perjalanannya yang aku tidak tau seberapa jauh jarak dan bahaya yang harus ditempuhnya. Caramu memang ajaib, bagaimana mungkin dia yang entah ada dimana bisa mendengar suaraku yang ada disini? Mustahil bagiku, tapi tidak bagiMu. KuasaMu memang mengherankan, Tuhan.
Dan yang terakhir, aku ingin mengucapkan terima kasih atas pertambahan usia yang Engkau anugerahkan kepada papaku. Aku tidak tau persis berapa usianya sekarang. Bukan karena aku tidak peduli, tapi karena itu tidak penting bagiku. Yang terpenting adalah setiap tahun aku masih bisa mengucapkan ucapan "Selamat Ulang Tahun" kepada beliau dan mendoakan kehidupannya secara khusus. Jujur, selama empat belas tahun belakangan, respon darinya dalam momet-moment seperti ini adalah hal yang aku tunggu-tunggu, tapi sepertinya untuk tahun ini hal itu tidak terpenuhi. Tapi tidak apa-apa, Tuhan.
Untuk kali ini aku sudah bisa lebih dewasa dalam menghadapi hal ini, dan sekali lagi: aku bersyukur :)

"Ini hanya sebagian kecil dari banyak hal yang harus aku syukuri hari ini."-Icha

Senin, 26 Agustus 2013

Selamat Ulang Tahun, Pemimpin Idaman.

Horas,kak!
Selamat Ulang Tahun ya Pak Ketua yang sangat saya hormati.
Segala harapan yang baik-baik akan selalu aku doakan agar terjadi dalam hidup kakak.
btw,
Apa kabar kak? Kalau boleh tau, kakak sekarang lagi dimana?
Pasti kakak lagi di tempat-tempat tak terduga dengan proyek yang amazing.
Hmm, kalau inget kakak rasanya aku jadi ingin kembali ke masa SMA. Masa di mana aku diayomi banget sama kepengurusan kakak, masa di mana aku belajar untuk jadi seorang pemimpin, seperti kakak.
Inget ngga kak, pas ospek SMA, aku ngasih cokelat dan surat cinta aku buat kakak loh.
Bukan, bukan karena aku salah satu dari fans kakak ya! Aku ngasih cokelat itu ke kakak hanya karena kakak itu idolanya temen-temen aku di SMP. Ya, bukan hanya itu sih. Salah satu alasanku juga karena aku bangga. Aku bangga kakak bisa jadi terang di organisasi yang memang butuh penerangan. Tapi, kakak pasti lupa kalau aku pernah ngasih cokelat dan surat cinta itu buat kakak, secara anak-anak angkatanku yang ngasih cokelatnya ke kakak kan banyak. Ya, aku akui, kakak ganteng!
Seperti yang sering aku bahas dengan siapapun, rahang kakak yang tegas itu sangat menawan. Hal itulah yang semakin memperkuat kharisma kakak sebagai seorang pemimpin.
Hmm, di surat ini aku ngga sekedar mau ucapin selamat ulang tahun kak :)
Aku juga mau berterima kasih sama kakak. Karena kakak salah satu inspirasi yang bisa aku andalkan di saat aku mengemban suatu tanggung jawab. Kasih dalam ketegasan yang kakak miliki menjadi panutan terbesar aku dalam menyikapi rekan-rekan sekerjaku dalam berorganisasi. Oke, aku memang ngga mencontoh kakak sepenuhnya, karena aku pernah merasa sakit hati dengan ketegasan yang kakak pernah tunjukkan ke aku. Aku masih ingat jelas, saat kakak mengomeli aku hanya karena aku tidak bisa menyapu. Ya, kakak ngomelin aku dan aku sakit hati banget kak waktu itu!
Walaupun ngga lama setelah itu kakak langsung minta maaf, tapi aku yang dendaman ini langsung nyusun strategi untuk belajar nyapu yang bener itu seperti apa. Aku mau balas dendam dengan nunjukin kalau aku juga bisa nyapu! Hahaha
Oia kak, sejak saat itu juga aku janji sama diri aku sendiri supaya ngga pacaran sama cowok yang mukanya galak seperti kakak. Seganteng apapun cowok itu kalo roman-romannya udah kayak kakak pasti bakal aku jauhin. Dan sekarang? Aku ingkarin janji aku sendiri kak! Hahaha
Tuhan ngasih aku pacar yang mukanya lebih galak dari kakak. Yang rahangnya lebih tegas dari kakak. Dan yang kharismanya jauh lebih kuat dari kakak. Tapi semoga aja  playboynya ngga seperti kakak. (Amin)
Kembali lagi ke kakak, kakak sekarang jadi Ketua lagi ya? Ih, salut deh aku sama kakak. Kakak ngga gila jabatan, tapi jabatan selalu aja menghampiri kakak. Apa sih kak rahasianya?
Apa rahasianya itu karena ada yang selalu setia mendoakan kakak ya? Disini ada yang rajin menyebut nama kakak dalam doa-doanya loh! Sekali lagi, bukan kak, bukan aku! Perasaan aku ke kakak hanya sebatas kagum. Beda dengan seseorang yang rajin mendoakan kakak secara istimewa. Kalau aku sekali-kalinya mendoakan kakak itu hanya untuk dua hal. Yang pertama, aku berdoa supaya di masa depan kakak bisa jadi Presiden. Karena menurut aku, Indonesia pasti akan pulih kalau dikelola sama pemimpin yang tepat. Pemimpin yang tepat buat aku ya kakak! Kakak itu pemimpin idaman di mata aku. Pintar, loyal, tegas, jujur, penuh kasih, bertanggung jawab, rasa empatinya tinggi, ah terlalu banyaklah kriteria pemimpin yang ada dalam diri kakak. Makanya aku berharap banget kakak bisa jadi Presiden di masa depan. Yaaa, agak ngga mungkin memang kalau ngeliat kenyataan kakak kuliah di bidang apa sekarang.   Hal kedua yang aku doakan adalah agar di masa depan kakak sadar kalau ada seseorang yang selalu menantikan kakak datang sebagai orang spesial dalam hidupnya. 
Bocoran saja kak, seseorang itu sahabatku  :)
Ngomong-ngomong nih kak, tepat sebulan lebih sehari dari sekarang aku juga ulang tahun. Sebenernya umur kita ngga jauh bedanya, tapi entah kenapa tingkat kedewasaan kita jauh banget ya kak. Ah ditambah lagi hari ini pasti banyak orang yang mendoakan supaya kakak makin dewasa,hmm makin-makin aja deh sifat kakak itu dewasanya.
Sebagai penutup surat ini, aku juga mau sampaikan salam dan ucapan selamat ulang tahun untuk saudara kembar kakak.
Selamat ulang tahun untuk kalian.
Selama dunia ini masih gelap, kalian harus tetap jadi terang ya!

Hmm, satu lagi kak. Kalau kakak baca surat ini, aminkan setiap doa yang aku ucapkan untuk kakak ya! :)

From :
adik kelasmu yang manja.
-Nyapu aja ngga bisa!!!- 

Jumat, 23 Agustus 2013

Terima Kasih

Tulisan ini hanya sebuah ucapan terima kasih. 
Bukan puisi dengan rangkaian kata yang indah. 
Bukan pula halaman semu yang diisi dengan kalimat rayuan yang disertai dusta. 
Ini hanya sebuah ungkapan pelampiasan dari perasaan yang berbahagia, perasaan yang ditimbulkan seorang pria sederhana yang dengan pesona misteriusnya mampu memikat hati ini.
Hati yang terkadang bebal jika dinasehati, hati yang sebetulnya sangat pemilih untuk menentukan siapa penghuninya.
Dan kini, pemilik hati ini ingin berterima kasih kepada penghuni barunya. 
Penghuni yang telah memberikan kenyamanan dalam cinta yang telah ia sajikan.

Ucapan terima kasih, dari hati kepada penghuninya...

Terima kasih, karena kamu tertarik padaku, yang dulu tidak pernah kamu jabat tangannya ini.
Terima kasih, karena sudah melihat dan memperhatikanku, bahkan ketika aku belum mengenalmu.
Terima kasih, kamu telah berani mendekatiku, walaupun awalnya kamu merasa takut. 
Terima kasih, karena kamu telah bertanya kapan kamu dapat dengan bebas memanggilku "sayang".
Terima kasih, karena telah merindukanku, rindumu terbalas, aku juga merindukanmu.
Terima kasih, atas dentuman-dentuman ringan yang sering timbul di dalam dada saat aku membaca pesan darimu.
Terima kasih, karena kamu telah berusaha mendapatkanku, dan ya, kamu berhasil. 
Terima kasih, kamu mau memulai cerita bersamaku, padahal masih banyak tanda tanya yang harus dijawab.
Terima kasih, telah memperlihatkan karakter dasarmu dengan apa adanya.
Terima kasih, karena kamu bisa mengerti dialog yang ditunjukkan wajahku, sebuah bahasa yang bahkan tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.
Terima kasih, kamu masih tetap baik-baik saja ketika aku sering meragukanmu.
Terima kasih, kamu mengizinkanku menjadi penggemarmu, penggemarmu yang nomor satu.
Terima kasih, karena kamu rela menerima perhatianku, yang kadang mungkin berlebihan.
Terima kasih, karena kamu sabar mendengar ocehanku, celotehanku memang sulit dihentikan.
Terima kasih, karena telah memperkenalkanku pada sifat manusia yang tidak ada dalam diriku; sifatmu.
Terima kasih, karena membiarkan aku belajar memahamimu, meski aku tak pernah merasa cukup.
Terima kasih, karena tidak memanjakanku, aku memang perlu sedikit lebih mandiri.
Terima kasih, karena kamu terus dan terus memintaku untuk bersabar, kamu tau betul, aku ini jauh dari kata sabar.
Terima kasih, sudah berusaha mencoba memberikan yang terbaik untukku dengan caramu sendiri.
Terima kasih, kamu telah mengajarkanku berimajinasi, caramu jitu, aku sekarang bisa tidur nyenyak lagi.
Terima kasih, karena telah menyukai senyumanku, maaf, kalau justru aku lebih sering cemberut. 
Terima kasih, atas pelukanmu di saat yang aku butuhkan.
Terima kasih, atas genggaman tanganmu, kini celah di antara jari jemariku sudah terisi.
Terima kasih, karena kamu merasa beruntung mendapatkan aku, padahal aku tidak ada apa-apanya.
Terima kasih, karena telah menjadikanku bahagiamu, bukan lagi bahagia yang sederhana tapi luar biasa.
Terima kasih, sudah menjadi penawar harap yang dulu mulai memudar.
Terima kasih, karena kamu bukan hanya membuat besar harapanku, tapi kamu juga membuatnya terpenuhi.
Terima kasih, karena telah menyebut namaku di dalam doamu.
Terima kasih, karena telah menjadi kejutan yang manis dalam kisahku.
Dan sekali lagi, terima kasih, karena kamu telah mengisi hati ini dengan cinta yang tulus.

Mungkin, masih banyak ucapan terima kasih yang terlupakan.
Tapi hanya ungkapan ini yang sekarang tepat disampaikan, Terima kasih.

Ttd,
pemilik hati,
yang mencintaimu,
dengan sepenuhnya.

Sabtu, 10 Agustus 2013

Ini tentang KALIAN :D

Hai, udah lama gue ngga bersua di dunia ini.
Kesibukan yang melanda membuat gue mesti pinter-pinter ngurusin ini blog. Jangan sampe deh ni blog sekarat lagi kayak kakak-kakaknya terdahulu.
Btw, semalem gue betah banget berjam-jam mantengin blog seseorang, ya lebih tepatnya gue mencoba menyelami masa lalunya supaya gue bisa dampingin dia di masa depan -oke,skip. Ini ga nyambung-
Ya intinya, semalem gue niatnya cuma iseng tapi ternyata gue keasikan karena ceritanya ini orang lucu-lucu banget. Terus gue jadi mikir sendiri, "Sebenernya kalo mau digali lagi mah, cerita gue juga lucu loh." Akhirnya dimulai dari pemikiran itu, guepun mulai nginget-nginget lagi kisah-kisah gue dari masih kecil sampe sekarang. Ya kisahnya ngga jauhlah dari yang namanya cinta. Hahaha
Dari kecil sampe sekarang, ada banyak tokoh-tokoh yang datang dan pergi cuma untuk memainkan peranannya dalam kisah gue. Ngga semua tokoh bisa gue inget dan gue ceritain disini. Dan tulisan cemen inipun lahir dari sebuah keisengan semata. So, ngga usah diambil hati ya kalo diantara kalian ada yang merasa jadi salah satu tokoh di sini. Nah, inilah beberapa tokoh beruntung yang bisa gue ceritakan. Cekidot!

Dimulai dari Kakak Sulung, sahabat terbaik gue di masa TK ini pernah menyatakan perasaannya ke gue lewat sebuah gambar. Cara yang kreatif untuk ukuran anak TK, tapi terlalu binal untuk dilakukan anak sekecil dia. Dengan keluguan yang teramat sangat, dia menggambar dua orang-orangan cewek dan cowok yang di bawahnya dituliskan nama gue dan dia lalu di tengah-tengah orang-orangan itu terselip gambar hati yang ada tulisan "LOVE"nya. Lucu banget kalo diinget-inget, gimana caranya seorang anak TK bisa menyatakan cinta melalui gambarnya di tembok. Yang lucunya lagi, cowok ini jadi cinta pertamanya sahabat gue sekarang. Dunia emang terlalu sempit untuk dijelajahi cinta.
PS: Denger-denger kamu lagi nempuh ilmu kedokteran ya? Sukses ya! Dari kecil udah keliatan kok kalo kamu itu pintar! Kalo kamu udah jadi dokter, bolehlah sekali-kali aku berobat gratis. Hehehe

Berikutnya, masih di Yayasan yang sama gue ketemu Si Bule yang sekarang udah jadi Pilot. Entah karena saat itu sinetron Tersanjung juga sangat digandrungi anak-anak atau memang karena orang ini terlalu cepat dewasa, cowok manado yang terlalu cepet kenal kata cinta ini gue temuin saat gue baru dua tahun mengenakan seragam putih merah. Iya, gue masih kelas 2 SD saat itu. Si Bule yang ngga sekelas sama gue ini rajin banget ngirimin surat cinta ke gue. Entah surat itu dititipin ke Pak Kumis, supir Bis Jemputan. Atau dititip ke sahabat gue di kelas. Atau dititipin ke ketua kelas gue. Pokoknya semua surat itu dititipin. Ngga ada yang dia kasih sendiri ke gue. Sampe akhirnya pas gue siap-siap baris di depan kelas, dia dateng nyamperin gue terus ngasih sebuah amplop warna Pink. Oke, gue malu abis saat itu. Gimana ngga, semua anak-anak abis "ciye-ciyein" gue. Kata temen gue, muka gue udah kayak tomat saat itu. Apalagi pas gue buka amplopnya ternyata di dalam amplop itu bukan cuma ada kertas tapi juga cincin. Iya cincin!!! Kalian jangan mikir ini cincin emas atau berlian yang biasa jadi senjata cowok-cowok buat seriusin suatu hubungan sama pasangannya. Ini cuma cincin bonus dari Chiki yang lagi ngetrend pas zaman gue SD. Ya, cukup mewahlah untuk ukuran anak SD. Tragisnya, sehari setelah dia ngasih surat cinta (dan cincin) itu, gue pindah sekolah mendadak. Gue dipindahin ke Immanuel Lampung. Dan kita lost contact. Secara pas zaman itu yang make HP masih langka, sosmedpun belum merajalela. Bertahun-tahun ngga tau lagi kabar dia gimana, sampai akhirnya kita ketemu lagi di SMP yang sama. Di SMP, kisah zaman SD ini ngga berlanjut lagi. Dia memang masih suka bermodusria ke gue, bahkan sampai saat ini. Tapi gue hanya bisa nanggepinnya dengan banyolan dan ledekan. Yap, cuma itu. Amplop dan cincin itu sekarang cuma jadi kenangan yang lucu kalau dicerita ulang :)

Masih di zaman putih merah, di sekolah dengan bangunan Belanda ini gue bertemu dengan Kutilang. Gua yang anak baru ini berhasil jadi pusat perhatian cowok-cowok di kelas. Bukannya kepedean, tapi emang tiap hari ada aja yang titip salam. Padahal di awal-awal sekolah gue masih sering dianterjemput sama opa tersayang gue, tapi mereka ini ngga malu loh titip salam di depan opa gue. Kutilang ini salah satu cowok yang baik sama gue, gue tau dia suka sama gue dan dia juga menyatakan perasaannya ke gue (saat itu gue masih kelas 4 SD loh). Tapi, dia terlalu ganteng buat gue. Hahaha. Jadi saat itu sampai saat ini kita cuma temenan aja, ngga ada yang lebih dari itu. Dia juga akhirnya pacaran sama sahabat gue walaupun ngga berlangsung lama. Dia teman yang sangat baik, pacarnya yang sekarang juga cantik banget. Kurang lebih sebulan yang lalu kita sempet BBM-an dan dia masih aja sempet-sempetnya muji gue cantik -_- Kalau dibandingin sama pacarnya, entah dari sisi mana dia ngelihat cantiknya gue --''

Nah, yang sekarang mulai seru nih. Karena di paragraf ini gue udah mulai punya "Pacar". Ya, inilah dia pacar pertama gue, Si Petet. Cowok pendek yang cerewet banget ini beruntung banget jadi pacar pertama gue! Walaupun cuma main-mainan tapi tetep aja dia beruntung! Huhft, agak nyesel juga sih kalo inget si Petet inilah yang jadi pacar pertama gue. Apalagi dia nembak gue juga karena dipaksa-paksa sama temen-temen yang lain. Masa pacaran kitapun berlangsung secara ngga jelas. Dari kita jadian sampai sekarang gue juga ngga tau kapan kita putusnya, karena tiap ketemupun kita cuma bisa main kata-kataan. Tapi ada satu quote dari dia yang sedari dulu sampai sekarang masih terus gue inget, "Icha selalu punya dunianya sendiri." Yeah, that's right, dude. And I hope you can get back to the right path, the same path with me. Amen.

Yang ini "Pacar" kedua gue, Playboy Ganteng yang sekarang udah punya anak ini dulu beda sekolah sama gue. Gue kenal dia dari sahabat gue yang juga sodaranya. Kali ini, level pacaran gue udah mulai meningkatlah. Kita sering SMSan, telfon-telfonan, sampai jalan barengpun pernah. Gue inget banget dating pertama gue sama dia itu ke mal di Depok yang sekarang udah bangkrut dan cuma jadi gudang toko property. Waktu itu kita ngga berdua doang, kita double date sama temen dia dan sahabat gue yang ngenalin dia ke gue. Oke ini emang gegayaan banget buat ukuran bocah SD ingusan seperti kami. Tapi untuk dia yang anak orang kaya mungkin udah biasa. Pas itu gue ngga ngeluarin duit sama sekali, dia yang bayarin semuanya. Mulai dari ongkos angkot, makan di McD, sampe tiket masuk ke pameran yang aneh. Gue lupa kita pacaran berapa lama, yang gue inget dia akhirnya mutusin gue karena gue terlalu cuek (katanya). Sejak dia putusin gue kita udah ngga pernah komunikasi lagi. Gue cuma sering denger kabar angin aja tentang kenakalan dia dan dia yang jadi idola disana-sini. Hmm, kalo lo baca postingan gue ini, pesan gue sih cuma satu : Inget anak istri lo ya :)

Oke, selamat datang di dunia Putih Biru! Di dunia ini gue udah mulai lebih banyak lagi kenal sama berbagai macam cowok. Udah mulai banyak juga yang serius menyatakan cinta. Karena banyak dan gue udah mulai lupa, gue ceritain yang gue inget aja yaa. Mau dimulai darimana? Kita mulai dari yang tertua aja ya, Koko Basket. Koko yang satu ini udah menarik perhatian gue sejak gue masih kelas 5 SD, bisa dibilang, dialah orang pertama yang gue taksir. Sayangnya, dia jugalah cowok pertama yang nyakitin hati gue yang masih lugu banget waktu itu. Gue suka sama dia karena banyak hal. Selain karena takdir kita yang sama, gue juga suka dia karena dia adalah pendengar sekaligus penasihat yang baik. Dari cuma senyum-senyum malu sampai akhirnya gue berani curhat sama dia tentang masalah-masalah yang gue hadapi. Gue yang waktu itu masih SMP mungkin terlalu bodoh nganggep hubungan ini spesial. Tapi setelah gue pikir ulang, waktu itu anggapan gue ngga salah. Karena selama tujuh bulan lebih kita intens komunikasi dan sering jalan bareng, ya gue anggep kita pacaran. Klimaksnya, dia pacaran sama cewek lain. Dan sampahnya lagi, dia ngga pernah ngakuin kalo dia pernah deket sama gue. Oke, mungkin gue waktu SMP dulu yang terlalu bodoh untuk percaya gitu aja sama bualan anak SMA. Jadi kesel sendiri nih kalo inget ni orang. Huhft. 

Kita next aja ya ke temen si koko tadi. Setali tiga uang, kali ini gue hadapi kisah yang sama. Gue suka sama seseorang, sebut saja dia Bocil. Gue suka sama Bocil karena sesuatu yang simple, he's my type. China, putih, ganteng, baik, dan seiman. Gue lupa kapan tepatnya dia tau perasaan gue ini. Yang bener-bener gue inget dari dia di masa lalu cuma satu, dia suka sama mantan abang gue. Huhuhu menyedihkan banget ya? Lucunya sampe sekarang kalo ngobrol sama dia, gue dan dia masih sering saling ngebahas soal perasaan tak sampai gue ini. Masa lalu yang suram kadang bisa juga jadi bahan untuk tertawa loh! Hahaha. So far, gue sekarang masih berteman baik sama dia dan gue harap sampai selamanya kita masih bisa berteman baik seperti ini. Bisa kan, my homo' couple?

Sekarang, kita berlanjut ke kisah gue di penghujung masa putih biru. Mulai dari sini, gue akan menghilangkan tanda  kutip di antara kata pacar. Karena pacar yang gue maksud di sini adalah pacar dalam arti sesungguhnya. Pacar pertama gue adalah seorang Bintang, ya walaupun dia seorang Bintang tapi di sini gue akan memanggilnya Gelap. Gue rasa, beberapa dari kalian pasti tau kenapa gue memanggilnya gelap. Yang pasti ini ngga ada hubungannya sama fisik dia yaa. Gelap suka bahkan sayang sama gue sejak kita sekelas di bangku kelas 1 SMP. Gue ngga pernah anggep serius perasaan dia karena dia teman yang baik buat gue dan gue ngga mau pertemanan itu jadi hancur hanya karena kita pacaran. Lagipula, ada satu tembok besar yang menghalangi perasaan gue ke dia, Agama. Tapi setelah dua tahun perjuangan si Gelap untuk mendapatkan cinta gue ternyata ngga sia-sia, gue luluh. Di bulan Oktober gue menerima dia sebagai pacar (pertama) gue, tanpa gue sadari saat itu pulalah gue mulai menyia-nyiakan banyak hal yang berharga. Sejak pacaran sama Gelap, gue mulai banyak bohong sama oma opa gue (ini hal yang paling gue sesali seumur hidup), gue juga mulai melupakan teman-teman gue. Semua waktu gue habiskan cuma sama si Gelap. Ya, bisa kalian tebak sendiri. Gelap adalah seorang pacar yang over posesif. Dari sifatnya yang satu itu banyak hal negatif yang mulai berkembang di dalam dirinya. Dia yang dulunya sangat baik, suka bercanda, dan suka berteman itu sekarang berubah 180 derajat sejak pacaran sama gue. Dan gue yakin perubahannya itu bukan karena gue yang membentuk dia jadi seperti itu. Gue sadar, dia terlalu memberhalakan gue. Udah banyak yang menyarankan supaya gue cepet-cepet akhirin aja hubungan ini, tapi banyak juga yang capek nasehatin gue karena gue "terlihat" nyaman-nyaman aja. Padahal mah udah banyak usaha yang gue lakukan untuk lepas dari dia, gue sendiri aja sampe sekarang masih ngga habis pikir gimana caranya gue bertahan selama satu setengah tahun sama cowok macam Gelap. Sampai pada akhirnya, melalui sebuah tanggung jawabpun pertolongan Tuhan datang. Gue dipercayakan untuk menjadi Kordinator Pemuda di Gereja, dan itu bukan main-main! Gue sampaikan kondisi ini ke Gelap dan gue jelaskan juga dengan sangat baik-baik bahwa gue ngga bisa lagi jalan sama dia. Selain karena gue memang ngga bisa mengimbangi sifat dia yang kelewat freak , gue dan dia juga ngga punya tujuan pacaran yang jelas, kita beda! Itu alasan yang sangat cukup kuat untuk dia melepaskan gue. Dengan susah payah dan proses alot yang penuh kecaman akhirnya gue resmi lepas dari Gelap tepat sebulan setelah ulang tahunnya yang ke 15. Masa kelam guepun berakhir dan akhirnya gue bisa bernafas lega mengarungi dunia putih abu-abu dengan penuh kebebasan. Dunia yang katanya orang-orang nih, masa yang paling indah.

Ya, gue ngerasain apa yang dikatakan kebanyakan orang-orang. Gue merasakan indahnya masa putih abu-abu, walaupun di awal gue masih sempet merasakan sisa-sisa kekelaman dari masa sebelumnya. Di masa SMA ini gue bertemu dengan dua Malaikat. Yang pertama Malaikat tak bersayap dan yang kedua Malaikat bersayap. Setelah gue putus dari si Gelap, si Malaikat tak bersayap inilah yang dengan rajin memotivasi gue. Dia ngga cuma kasih gue motivasi, tapi juga kasih sayang. Cuma kasih sayang yang gue anggep spesial itu ternyata hanya sebatas kasih sayang seorang saudara, dia hanya menganggap gue adiknya. Gue ngga keberatan dengan hal itu, karena yang gue rasakan pun juga sama. Gue sama sekali ngga punya keinginan untuk memiliki pacar yang bersifat seperti malaikat ini. Sampai akhirnya, gue jilat ludah gue sendiri. Saat gue lagi giat-giatnya pelayanan di sekolah, gue bertemu dengan dia, Malaikat Bersayap. Hmm, sebelum gue cerita tentang si Malaikat Bersayap ini, gue mau flash back sebentar nih. Dulu sebelum gue kenal sama si Malaikat bersayap ini, si Gelap nuduh gue selingkuh sama si Malaikat Bersayap. Entah apa yang jadi alasan dia nuduh begitu, padahal gue kenal juga ngga sama Malaikat Bersayap. Cuma mungkin lucu juga ya ternyata tuduhan itu malah jadi doa loh buat gue dan Malaikat Bersayap. Akhirnya gue malah jadian beneran sama Malaikat Bersayap. Ya, Malaikat Bersayap inilah yang buat masa SMA gue jadi penuh warna. Gue bagaikan dapet lotre tanpa bertaruh. Sejak setahun pertama pacaran gue selalu percaya bahwa dialah jodoh gue, dan guelah tulang rusuknya. Ya, hal itulah yang selalu gue percayai sampai akhirnya gue sadar, bahwa gue hanya seorang manusia biasa :)
Manusia biasa ngga akan bisa berjodoh dengan Malaikat, apalagi Malaikat itu bersayap. Gue udah terlalu lama menahan Malaikat itu untuk tidak terbang, dan sekarang, gue sudah melepaskannya. Gue udah ngga menahan Malaikat itu lagi tapi entah kenapa sampai saat ini Malaikat Bersayap itu masih belum terbang. Mungkin dia masih belum menemukan tujuan yang tepat atau mungkin dia ingin melihat manusianya yang satu ini menemukan Malaikat yang lain. Entahlah.

Tapi setelah gue melepasnya, gue sama sekali tidak sedang mencari Malaikat, tidak juga mencari manusia. Gue hanya mengikuti alur yang Tuhan berikan. Silih berganti orang berdatangan menyambangi kekosongan gue, tapi ngga ada satupun yang berkesan atau menarik di hati. Bukannya sombong, tapi memang ngga ada satupun yang cocok. 
Sampai akhirnya, entah gimana cara Tuhan memprosesnya. 
Gue jatuh cinta dengan seseorang, My Stranger.
Yang satu ini ngga akan gue ceritain disini. Kenapaaa???
Simple aja, dia bukan bagian dari "KALIAN", dia bagian dari diriku :)

Minggu, 14 Juli 2013

Perjalanan dimulai

Tulisan ini saya tulis ketika saya baru selangkah memulai perjalanan saya yang mungkin terlambat karena keraguan untuk beranjak. Entah seberapa jauh lagi perjalanan yang harus saya tempuh untuk mencapai garis akhir, yang saya tau pasti sebelum ini saya telah membuang banyak waktu berharga saya hanya untuk diam di rumah ini dan tidak berniat keluar untuk melangkah mencapai tujuan yang telah Tuhan tetapkan itu. Banyak alasan yang membujuk saya untuk diam saja, alasan-alasan itu selalu membelai saya sambil membisikkan kalimat "tenang saja, masih banyak waktu untukmu". Dan bodohnya saya terlena dengan bujukan para alasan itu.

Sambil waktu berlalu, saya tetap menikmati kebahagiaan saya sendiri. Saya masih tetap berada di kubangan-kubangan kemalasan dan keegoisan. Saya tau saya sudah terjebak dalam buaian beribu alasan yang selalu berusaha menghentikan saya ketika saya hendak beranjak keluar. Padahal kunci yang diperlukan untuk membuka pintu itu sudah saya pegang sendiri, tapi tetap saja rasanya saya masih begitu malas untuk keluar dari kenyamanan ini.

Dan sekarang, tekad saya sudah bulat.
Saya harus meninggalkan rumah yang nyaman ini untuk menuju rumah baru yang masih dalam pengerjaan. Saya belum pernah melihat rumah baru itu, tapi saya memiliki keyakinan bahwa rumah baru yang dijanjikan Tuhan kepada saya itu terjamin lebih indah dan jauh lebih menyenangkan. Tentunya banyak rintangan dan hambatan yang akan saya hadapi selama berjalan menuju rumah baru yang penuh kekekalan itu. Tapi Tuhan memang teramat baik, Dia sudah memberikan saya peta berikut kompasnya. Dan mungkin di tengah perjalanan nanti Tuhan juga akan mengirimkan seseorang yang akan menemani saya menuju rumah itu. Selebihnya tinggal bagaimana cara saya mengikuti arahan dan petunjukNya dalam melalui perjalanan ini.

Doakan saya ya, agar dalam perjalanan ini saya tidak tersesat dan selamat sampai tujuan :)
Kalau anda kebetulan bertemu saya di tengah perjalanan, jangan segan untuk menyapa ya !
Tuhan memberkati^^

Selasa, 02 Juli 2013

Ini buat kamu. Iya, kamu!

"Mulai. Terkadang menjadi kata dua makna. Bisa diartikan sesuatu awal dari cerita indah, ataupun kengerian dalam menutup satu kisah." -SC

Semua kita awali dari sebuah pertanyaan sederhana yang kamu lontarkan kepadaku. Bahkan tanpa sebelumnya kamu mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirimu kepadaku. Semua terjadi begitu saja, berjalan dengan sangat sederhana. Kita bercanda, kita tertawa, dan kita membicarakan hal-hal yang manis. Walaupun semua itu hanya bisa kita lakukan melalui pesan singkat, BBM. Percakapan manis yang kita lakukan saat itu awalnya hanya aku anggap sebagai sesuatu yang biasa, tanpa makna dan arti yang khusus. Sampai akhirnya aliran waktu membawa diriku pada suatu perasaan yang lain.

Ada yang mulai aneh disini. Aku merasa kehilangan jika sehari saja kamu tidak menyapaku melalui dentingan chat BBM. Setiap hari selalu saja ada hal menarik yang dapat kita bicarakan, sampai kita mencapai satu titik pembicaraan yang paling menyentuh : cinta.

Aku mulai menaruh perhatianku kepadamu. Kamu juga begitu. Kita sama-sama tau bahwa kita saling ingin bertemu dalam satu kisah yang sama, kisah indah yang hanya bisa kita rasakan berdua. Semua terasa benar bagiku ketika aku menyandarkan kepalaku di bahumu, di sisimu. Memang secara gamblang hanya sesekali aku mengungkapkan perasaanku kepadamu. Namun bila bertemu, selalu kutunjukkan rasaku. Entah lewat sentuhan, perhatian, dan caraku membangun percakapan. Sampai-sampai aku tak sadar bahwa perasaanku semakin sulit dikendalikan, meskipun semua singkat, tapi rasanya cinta terburu-buru mengetuk pintu hatiku.

Aku mulai merasa ketakutan. Takut salah melangkah jika sudah terperangkap lebih jauh dalam cinta ini. Aku takut menyakitimu, juga takut kehilangan dirimu.  Aku khawatir bagaimana kalau ternyata kita hanyalah dua pemeran utama dari kisah berbeda yang bertemu hanya untuk sementara. Ya, rasa takut mulai menyerang. Terlebih jika aku berkaca dan melihat keadaanku, semuanya tidak akan menguntungkan dirimu. Tapi percikan-percikan dari cinta yang sudah ada ternyata mampu mengikis perlahan ketakutan dalam diriku. Keberanianku mulai maju menghadang rasa takut.

Dan yang jadi masalah sekarang, kenapa aku bisa lupa wajahmu? Ingatanku memang buruk, aku tahu. Menurutmu aku harus bagaimana? Menurutku, aku harus melihatmu setiap hari supaya tidak lupa. Itu artinya kau harus selalu di sisiku, bersamaku. Bagaimana?
Kalau sudah begini dan kamu memang yakin mau memulai kisah baru denganku, aku putuskan untuk berani memulainya. Memulai sebuah penyatuan dari aku dan kamu menjadi kita.

Minggu, 23 Juni 2013

Ini buat kamu, yang jauh disana

Halo,
pertama-tama aku mau ucapin selamat tanggal 23 dulu nih :)
Udah ngga ada artinya lagi sih, tapi ngga salah kan ya?
Tepat hari ini ya kita ambil keputusan itu.
Kamu ngga sengaja milih tanggal ini kan buat ambil keputusan tadi?
Hmm, ngomong-ngomong berhubung surat ini juga agak mustahil kamu baca jadi ya aku ngga mau berbasa-basi lebih lama.
Tapi karena masih ada kemungkinan kamu baca surat ini jadi aku ungkapin beberapa hal aja ya untuk kamu...

Aku harap kamu disana bener-bener fokus kuliah.
Ngga usah takut gagal. Dengan adanya kamu disana aja itu udah sebuah kesuksesan kok.
Inget yang aku bilang, ngga semua orang bisa dapet kesempatan emas kayak kamu gini.
Jadi manfaatin sebaik-baiknya ya!
Oia, jangan karena keputusan yang kita ambil tadi kamu jadi enggan pulang kesini ya!
Biar gimanapun Indonesia ini kampung halamanmu loh.
Orangtuamu tinggal disini. So, jangan sampai lupa pulang ya!

Jaga kesehatan kamu juga disana. Jangan sekali-kali nyobain rokok atau minuman keras. Kalo udah sekali nyoba kamu pasti susah lepas deh. Apalagi ngga ada aku disana yang bisa ingetin kamu. Hehehe
Terus juga tetap jaga kualitas pelayanan kamu ya. Seperti yang aku bilang dulu, cowo akan kelihatan lebih sexy kalau bisa tetap melayani Tuhan di tengah kesibukannya yang seabrek. Lagipula biarpun aku ngga bilang gitupun, ngga ada ruginya kan melayani Tuhan. Itukan memang tugas kita.

Yaudah segitu aja yang mau aku sampaikan di surat ini,
Terakhir, inget janji kamu ya :)
Apapun yang terjadi, janji tetaplah janji.
Hutang harus dibayar lunas sampai jatuh tempo!
Oke?
Sukses buat kamu! (Buat aku juga)

God bless you {()}

Kangen

Aku kangen kamu.
Menggelikan ya? Iya memang, aku juga tau kok ini menggelikan.
Baru kenal dalam hitungan Minggu, aku sudah berani merasakan ini.
Bodoh ya? Iya memang, karena rasa yang seperti ini memang mampu membodohi logika.

Huh!
Namamu merangsuk masuk begitu saja ke otakku.
Padahal kalau dipikir buat apa aku kangen?
Kamu juga kan ngga merasakan hal ini.
Sekarang saja kamu sedang bermain dengan mimpi saat aku merasa kangen.

Jujur, aku benci seperti ini.
Menunggu kabar yang bukan menjadi hakku.
Merasa rindu tapi hanya merenung.
Mereka-reka kamu sedang apa dan bagaimana perasaanmu terhadapku.

Kangen.
Sebetulnya kata ini tak pantas aku ucapkan kepadamu.
Kalau merasakan ini jiwaku mendesak ingin menemuimu.
Padahal saat bertemupun aku tak berani berkutik.
Hanya tersenyum dan menatap matamu. Hanya itu. Tapi itu juga sudah cukup.

Kalau sudah seperti ini, ingin rasanya kamu segera kumiliki!
Maaf, lagi-lagi hati ini melontarkan perasaan yang lancang.
Tapi mengingat kata-katamu yang kemarin, aku tersenyum lagi.
Mungkinkah perasaan yang lancang ini bisa termaafkan?

Kangen, apa aku pantas merasakan ini terhadapmu?
Kalau jawabannya tidak, aku akan usir jauh-jauh perasaan ini.
Tapi kalau menurutmu aku pantas merasakannya, izinkan aku bertanya padamu.
Apa kamu juga merasakan hal yang sama?

Jumat, 21 Juni 2013

Cinta Prematur

Sebelas hari. Sejak pertama kamu menyapa aku lewat sebuat tulisan yang tertera dalam layar si mungil putih yang selalu kugenggam itu. Kalau dihitung lagi, belum genap dua minggu ya? Tapi kenapa sepertinya perasaan ini sudah ada sejak bertahun-tahun? Aku bukan wanita yang mudah jatuh cinta loh. Apalagi masih ada yang belum selesai disini. Apa karena kita memiliki banyak kesamaan? Kalau kuingat lagi kata-kata motivator ternama itu, aku jadi berpikir ulang. "Memiliki banyak persamaan belum tentu bisa membuat dua insan yang saling mencinta menjadi bersama." Aku tidak tau betul tidaknya, karena memang belum pernah mencoba. Biar waktu saja yang menjawab itu. Terkadang aku berpikir bahwa kamu hanyalah malaikat yang hanya sekedar lewat untuk menjadi teman pengisi sepi. Sama seperti mereka yang sebelumnya sudah datang lalu pergi. Berlalu lalang di tengah kesepianku. Tapi ya kembali lagi waktu. Waktu menjawab hal yang lain, jauh di luar pekiraan. Desiran hangat mulai menjalar saat memikirkan kamu. Kalimat sederhana darimu mampu menciptakan senyuman yang terlalu sering muncul di setiap waktu dimana hari mulai berganti nama. Banyak pertanyaan yang muncul dalam diam ketika melihatmu. Padahal jawabnya cuma satu : kamu.
Aku tidak bisa mengendalikan ini lagi. Rasa ini sudah begitu frontal merasuki seluruh sel-sel otakku dan tentunya juga, hatiku. Cintakah ini? Jika iya, dia terlahir prematur. Butuh perawatan khusus dalam menangani kasus prematur. Apa kamu mau berjuang denganku merawat cinta yang terlahir prematur ini? Kalau terus diperjuangkan, akan ada banyak kicauan di luar sana yang meremehkan cinta prematur ini. Tak bisa dipungkiri pandangan merendahkan pasti akan menghampiri cinta ini. Atau bahkan mungkin menghakimi akan jadi seperti apa akhir dari cinta yang terlahir prematur ini. Tapi persetanlah dengan perkataan orang! Cinta ini kan tidak pernah meminta hadir di waktu yang salah. Apalagi meminta untuk dilahirkan, tapi Tuhanlah yang mengizinkan cinta ini hadir. Nah, kalau sudah begitu, apa salah cinta ini hadir lebih cepat dari yang seharusnya? Lagipula, disini kan aku dan kamu yang melahirkan cinta ini. Biarlah cinta ini tumbuh hebat dan mengangkasa melebihi cinta yang terlahir normal sekalipun. Lihat saja Sir Isaac Newton, beliau saja bisa mendunia meski terlahir prematur. Dipatahkannya perkataan orang-orang yang meremehkan dengan hasil karyanya yang luar biasa. Mari kita juga seperti itu. Kita hasilkan maha karya dalam cinta yang prematur ini. Agar pada saatnya tiba cinta ini berhasil mendunia, mereka semua akan tercengang terkagum-kagum.
Kalau hal itu bisa terjadi, siapa yang pada akhirnya bangga?
Aku dan kamu kan? :)

Selasa, 18 Juni 2013

We are CCF 8th Generation!

Iseng memang sesuatu yang ajaib ya. Kalo lagi iseng ada aja kejadian yang berkesan. Iseng BBM orang yang ditaksir eh tiba-tiba keterusan. Iseng ngejalanin hobi eh bisa jadi pekerjaan. Sama kayak yang gue rasain sekarang. Iseng aja bongkar-bongkar undangan PJ RohKris eh gue langsung kejebak sama nostalgia deh. Tapi disini gue ngga mau nostalgia yang sedih-sedihan, nangis-nangisan atau galau-galauan gitu. Disini gue mau ketawa, iya ketawa. Ngga sendirian kok, mungkin bisa ditemenin juga sama kalian yang baca postingan ini. Gue mau menyalin ulang karya divisi humas RohKris angkatan 2008-2009. Karya ini berisi tentang kita, si generasi ke delapan.

Cekidot :

Syalom,
Hai! Welcome ni di negara "Heaven" yang punya ibukota "Berkat". Disini JESUS nyiptain beragam-ragam manusia yang unik-unik. Mulai dari presidennya Daniel yang saking sibuknya sampe jadi pendiem, tapi soal model rambut tetep number one deh! Ada lagi wakilnya nih yang gagah perkasa, tapi eh... tapi dia cewe loh! Siapa lagi kalo bukan Onel yang udah punya banyak prestasi di pertandingan basket. Uniknya si kepala negara nurun loh ke warga-warganya, liat aja keluarga yang satu ini. Mulai dari suaminya, si Adi yang diem-diem hanyut sendiri tapi metal. Eittss.. Ada istrinya juga nih, si Arinda yang ngefans banget sama bintang Korea. Beuhh.. Anak-anaknya sampe ngga keurus tuh si kembar tiga. Siapa lagi kalo bukan Yosi si atong (anak lontong), Filo si ganteng (gumamnya dalam hati). Si kembar yang ketiga namanya Leo anak seribu bacot yang ngga pernah akur sama sodaranya and bikin susah pengasuhnya si Chintya yang seksi abiss deh (bibirnya...becanda chin) Oh iya ada juga nih kumpulan pedagang di sini...
Mulai dari Jule si tukang pasir dan batako yang punya istri cakep namanya Icha yang sayang banget sama kucing-kucingnya. Sampe-sampe si Jule sama si Joshua yang jail ngga keurus. Ada juga si tukang sembako, namanya Bong yang kalo ngomong bikin banjir rumah sampe Yuyun yang jadi istrinya harus siap ngepel 24 jam, tapi tetep santai. Maklum nurunin upik abu... Ada anaknya loh ada Gaby yang cerewet tapi udah dijodohin sama si Gihon anak gahol dari dusun sebelah sekaligus anak band yang doyan maen gong. Adeknya Gaby, si Peo yang saking doyannya makan permen karet sampe permen di warung bapaknya laris manis...
Di samping kios Bong ada tukang tambel ban bersaudara yaitu si Tumpal yang terlalu serius mikirin  usahanya sampe ngga sadar udah ubanan dan si Mawan montir gaul yang doyan makan sambil buka FB 24 jam. Ni tambel ban punya langganan setia. Si Dany yang punya geng motor beken beranggotakan Joey, Rudy, sama Freddy yang ngga bisa pisah dari motornya. Ada juga nih Yusiyan dan Ronny yang harmonis banget ditambah Chrys dan Melka yang suka diem seribu bahasa tapi tetep stay cool. Ngga ketinggalan si Ezra tetangga pertapa kita yang ngga pernah keluar rumah! Sampe si Magda yang dicepol diem-diem nekat jadi ngga bisa PDKT-an. Ada juga keluarga bahagia di kota ini si Yoha yang imut dan Tio yang amit. Mereka punya anak kesayangan yang narsis abis, si Shelly tuh sama anak kedua, si Elia yang udah jadi profesor di Fakultas Jayus di UMJ (Universitas Makhluk Jayus)
Walaupun di kota ini Tuhan nyiptain bermacam-macam orang, tetep dong kita SEHATI, SEPIKIR, dan SETUJUAN buat melayani LORD JC.

Udah dibaca kan? Ketawa kan? Terjebak kan? Kangen kan?
Nah itulah nostalgia. Mungkin orang-orang yang digambarin di atas udah ngga seperti dulu lagi. Mungkin pasangan-pasangan yang di atas dilukiskan sangat bahagia dan harmonis sekarang mungkin sudah merasa hambar atau mungkin sudah berpisah. Gue ngga tau. Yang gue tau, saat undangan yang berisi cerita di atas dibagikan ke kita, saat itu kita bahagia.

Minggu, 16 Juni 2013

Surat Cinta untuk Pak Capres : Wawancara atau Bullying?

Oke. Sudah jam enam sore. Kebetean akibat dibuat nunggu selama hampir tiga jam terbayarkan dengan setengah piring nasi goreng telor buatan si akang. Sakit kepala akibat bayangan kipas angin yang berputar-putar di lantai juga terbayarkan dengan seperempat gelas susu milo. Sayangnya, semua pembayaran itu diretur kembali dengan muntahan gue sebanyak dua kali. Ya, itu buang-buang uang, sayang sekali. Tapi disini gue ngga mau cerita tentang uang. Disini gue mau cerita tentang lirikan mata pak capres yang ngga bisa berhenti buat gue mau ngakak.
Rangkaian kalimat di atas tadi hanyalah sebuah flashback memory sebagai pengingat bagaimana gue akhirnya memutuskan untuk menuliskan surat ini.

Oke, Selamat malam Pak Capres!
Tadi saya terima message dari anda, anda bilang anda sedang bersama dengan partner anda. Betulkah itu? Hmm, sepertinya saya tidak perlu meragukan pernyataan anda Pak. Karena sebagai calon pasangan pemimpin, kalian berdua pasti harus lebih sering meluangkan waktu bersama untuk sharing mengenai proker anda berdua. Sebetulnya yang ingin saya tanyakan, kenapa anda sampai serepot itu menginformasikan keberadaan partner anda kepada saya? Memangnya saya siapanya beliau Pak? *ehm* *ini bukan kode ya Pak!* Maaf-maaf saja, saya bukan seorang penjual cinta dengan modal dusta, seperti rekan anda yang selalu gagal meraih cinta wanita. Ya sebut saja namanya Imam. *bukan nama asli*
Saya mau menjelaskan Pak, rentetan pertanyaan yang diangkat dari study kasus kemarin harusnya bisa saya selesaikan dengan mudah ditambah dengan nada-nada suara yang lugas dan meyakinkan. Sesuai seperti yang Bapak bilang, keahlian saya ada di bidang Public Relation dan Manajemen. Dengan modal kombinasi keahlian saya itu memang yang seharusnya terjadi di akhir pertemuan kita adalah kepuasan. Tapi pak, jujur aja nih ya. Karena dari awal lirikan Bapak sudah menggelitik saya untuk tertawa, jadi selama berjam-jam kita bicara kesimpulan yang dapat saya hasilkan adalah nol. Iya pak, nol! Karena saya tidak bisa sedikitpun mengutarakan semua jawaban yang sudah tersimulasi dalam pikiran saya. Tapi saya beritahu saja ya Pak, segala sesuatu tidak akan bisa dimulai kalau tidak berangkat dari angka nol. *membela diri*
Ngomong-ngomong Pak, apa sih arti lirikan mata anda? Kenapa anda sering sekali mencoba membujuk saya mengikuti arah mata anda melalui lirikan itu? Jangan begitu Pak, kan saya jadi tertawa terus. Bapak tau kan arti tawa saya? Iya Pak, saya grogi! Hahaha
Saya grogi kalau harus berbicara layaknya MC di depan partner anda. Terserah andalah pak mau mengartikan grogi saya tersebut sebagai apa. Entah kagum, tertarik atau malah takut. Tapi intinya saya grogi. Buktinya saya mulai bisa bicara serius saat partner anda menjauh dari posisi kita. Sayangnya saat pikiran dan perkataan saya mulai memanas, beliau balik lagi pak. Hahahaha... Kan saya jadi tertawa lagi pak. Sekali lagi anda taulah arti tawa saya itu. Otomatis pembicaraan yang mulai beranjak melewati angka 10 dari range 0-100 itu turun kembali lagi ke angka nol. Dan waktupun sudah memanggil-manggil saya untuk pulang pak. Jadi pembicaraan kita terlihat sia-sia. Tapi tidak kok buat saya. Dari pertanyaan dan pernyataan yang telah anda utarakan kepada saya, sudah terbaca kok oleh saya. Kalau kita satu visi dan misi. Sungguh. Saya disini tidak punya niat terselubung untuk berjualan kecap Pak, kan Bapak tau sendiri saya sudah sangat manis. Bicara tentang manis, menurut saya Bapak Capres ini manis loh, partner anda juga ngga kalah manis. Eh, jangan salah paham dulu Pak, maksud saya yang manis itu kinerjanya. Hahahaha *jadi grogi lagi kan tuh-_-
Ngomong-ngomong saat melirik ke partner anda itu sekilas mengingatkan saya kepada satu sosok Pak. Namanya Dedas, beliau adalah pemimpin saya di era kinerja saya selama berorganisasi di SMA. Sama seperti partner Bapak, garis rahangnya yang tegas semakin mempercantik karisma dan wibawa yang dimilikinya. Ka Dedas itu orang yang sangat saya hormati dan kagumi. Berwibawa, tegas, galak, tapi juga penuh dengan kasih. Ngga nyangka di balik wibawanya ternyata beliau cukup playboy di mata saya. Semoga saja partner anda tidak seperti itu ya Pak, supaya wibawanya tidak hilang sampai kapanpun. *amin*
Sampai disini dulu ya Pak, saya mau menghilangkan rasa kesal dulu nih akibat BBM yang pendingnya membabi buta. Walaupun terlambat, saya cuma mau Bapak tau saja. Bahwa pemikiran yang Bapak sampaikan kemarin 11:12 dengan jawaban yang tersimulasi di otak saya.
Sekian ya Pak. Semoga menang!
Oia kelupaan, salam ya Pak buat partner anda...
Hahahahaha
*grogi*

Ttd : VTD

Di sampingmu

Kamu, iya kamu! Kenapa kamu pergi ke sana? Hei, aku ada di sini!
Apa yang terluka? Hatimu? Kamu masih menyimpan luka yang tersayat akibat perempuan itu? Kenapa? Lupakan dia! Kamu tidak lihat dia sedang bersenang-senang di sana dengan pria lain? Lihat itu! Pria itu tidak setampan dirimu! Hmm mungkin wanita itu jatuh cinta saat pria itu mengendarai mobil mewahnya. Hei, jangan sedih! Kamu tidak perlu memasang wajah sendu hanya untuk perempuan seperti itu! Berkacalah! Kamu baik dan sangat pintar. Tidak heran selama ini beasiswalah yang selalu menjadi langgananmu. Lihatlah, kamu juga sangat berkharisma! Sudah sewajarnya kamu diberi tanggung jawab lebih dalam organisasi di kampus. 
Loh kamu mau kemana lagi? Kenapa kamu menengok ke belakang? Kamu teringat kebodohanmu saat mengerjakan tugas-tugas wanita jahat itu? Kamu baru sadar wanita itu hanya memanfaatkanmu untuk mendongkrak nilai kuliahnya? Hei, ternyata bukan cuma itu! Dia juga sengaja berpacaran denganmu untuk mendapatkan popularitas! Yah, siapapun pasti irilah dengannya yang bisa meluluhkan hatimu dan mendapatkan perhatianmu, si pintar kebanggaan Fakultas Ekonomi. Kuakui dia wanita yang lihai memanfaatkan kemolekannya, dia juga sangat pandai memainkan suaranya yang lembut dan manja untuk mendapat rangkulan mesramu. Tapi kok... Coba lihat! Dia pulang menaiki ferrari sport merah! Siapa yang mengendarai mobil mewah itu? Bukankah itu Aldy? Cowok playboy jurusan Hukum yang sangat terkenal dengan gayanya yang borju? Kalau tidak salah, bukankah dia anak pejabat? Kenapa wanita itu bersamanya? Oh tidak, dan lagi kenapa kamu hanya diam saja? Ayo pergi dan jangan diam saja! Gerakkan kakimu dan ikuti mereka! Nah, lihat kan? Dia bukan hanya menumpang mobil pria itu! Wanita itu juga makan bersamanya dan lagi, apa itu? Aldy merangkul dan membelai mesra rambut wanita itu, seolah-olah mereka terbiasa melakukannya. Sudahlah jangan dilihat lagi! Nanti kamu makin sakit! Aku sudah bisa memperkirakan arah gerakan mereka. Sudah, kumohon menengoklah kesini! Tuh betul kan perkiraanku? Ciuman itu pasti akan terjadi. Huh, apa mereka tidak sadar ada dirimu yang memperhatikan mereka? Sakit kan? Sudah kubilang, menengoklah kesini. Nah sekarang kenapa pandangan matamu mengarah ke depan? Kamu lupa dengan apa yang sudah kamu lihat tadi? Kamu masih berharap wanita itu meminta maaf dan kembali padamu? Dengarkan aku! Jangankan untuk meminta maaf, untuk menengok ke arahmu saja mungkin tidak akan pernah dilakukan wanita itu. Jadi, untuk apa kamu terus menengok ke arahnya? Karena dia cantik? Atau karena dia adalah wanita yang sangat memahami dirimu? Kurasa jawaban dari kedua pertanyaan tadi adalah tidak. Menurutku wanita yang cantik adalah wanita yang bersih hatinya, wanita yang mampu tulus mencintai seseorang yang dimilikinya. Dia memahamimu? Kamu tau jawabannya kan? Saat kamu kelelahan karena harus mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk dan menyelesaikan proposal acara kampus, siapa yang mengingatkanmu untuk tidak lupa mengisi perut? Bukankah aku yang mengingatkanmu? Apa yang wanita itu lakukan? Dia hanya menanyakan kabar tugasnya yang seminggu lalu ia serahkan padamu untuk dikerjakan. Aku sungguh jijik saat melihat wanita itu mencium pipimu ketika dia mengambil lagi tugasnya yang sudah kamu kerjakan.
Kenapa? Kamu lelah memandang ke arah wanita itu? Kamu juga lelah menengok ke belakang untuk mengingatnya? Tidak ada gunanya bukan?
Ayolah, menengok kesini!
Ya bagus! Jangan menoleh kemanapun lagi!
Teruslah menoleh ke sampingmu!
Lihatlah aku, aku selalu di sampingmu!
Tetaplah bersamaku, karena aku akan membalut lukamu...

Selasa, 11 Juni 2013

Maaf, aku memilih SETIA

Aku harus membenahi apa yang saat ini telah terjadi. Semua adalah salahku. Dimulai ketika aku mulai haus akan realita kehadiran seseorang di sampingku, kamu datang. Memberi senyum dan perhatian yang memang aku rindukan dari seseorang yang kini sedang menimba ilmu di Negri Tirai Bambu. Perkenalan kita yang belum menempuh angka satu tahun mampu menodai hubunganku yang sudah lebih dari lima tahun berjalan, dengan kekasihku. Ya, aku berdusta, meski dusta itu hanya ada di dalam hati. Aku mulai mencintai kamu, orang lain yang tiba-tiba hadir dan merefleksikan dirinya dalam keseharianku. Kamu tau, aku sudah berdua. Tapi itu semua tidak meluluhkan ketulusanmu kepadaku, kamu tetap menungguku. Menunggu untuk apa, sayang?
Aku tidak akan meninggalkannya. Aku masih dan akan selalu menunggu kepulangannya. Meski ia jauh dan kamu dekat, itu tidak akan bisa mempengaruhi komitmenku. Walau aku akui, aku sempat goyah karena pendirianmu yang sekeras batu karang dan ketulusanmu yang seputih merpati. Aku tidak tahan jika kamu terus menerus menungguku pulang, mengantarkanku ke toko buku, membantuku mengerjakan tugas kuliah, bahkan kamu menggendongku saat aku hampir jatuh pingsan. Aku tidak bisa terus menerus menyakitimu seperti ini. Tidakkah kamu pernah berkaca dan melihat sekelilingmu, sayang? Kamu tampan, ya itu pesona yang tidak dapat dipungkiri wanita manapun. Kamu sangat baik, bukan hanya kepadaku tapi juga terhadap orang yang tidak kamu kenal sekalipun. Masih ingatkah kamu ketika kita mampir ke toko buku memilihkan buku untuk kekasihku? Disana ada seorang pengunjung yang tidak sengaja menyenggol tumpukan buku-buku baru hingga buku itu berserakan di lantai. Disaat semua orang hanya terdiam dan beberapa menjauh, kamu malah menghampiri pengunjung itu dan membantunya merapikan buku. Aku terpana saat itu, tanpa kamu tau ketulusanmu telah mengingatkanku akan sosok yang aku rindukan, kekasihku. Aku mulai terkagum padamu, sejak itulah aku mulai membuka celah di hatiku untukmu, atau lebih tepatnya membuka ruang penyiksaan bagi hatimu di kemudian hari. Sayang, sadarilah! Banyak wanita lain di sekelilingmu yang menanti genggaman tanganmu. Kenapa harus kamu berikan tanganmu itu untuk merangkulku? Bodohnya lagi, aku menerimanya.
Sayang, ini sudah tidak wajar lagi. Aku tau kamu sakit, tidak usah melulu menipuku dengan candaanmu. Aku tau kamu terluka. Itu bisa kulihat saat kamu tersenyum lirih ketika aku terpaku pada ponselku, menunggu pesan singkat dari kekasihku. Tapi begitulah kamu, keras kepala. Kamu tau aku mencintainya, namun kamu tetap menyerahkan cintamu yang berharga itu untukku. Waktumu banyak untuk menyeleksi wanita yang terbaik, jangan kamu sia-siakan waktumu untuk menemaniku semalaman ketika aku harus berkutat dengan tugas menganalisis laporan keuangan yang memusingkanku. Aku tidak bisa membagi cintaku, sayang. Cara kita tidaklah lagi benar adanya. Kita sama-sama tau bahwa sulit untuk menempuh jalur perpisahan, tapi tidak ada cara lain untuk menuju kebahagiaan selain ini, sayang. Aku yakin, kamu akan menemukan wanita terbaik yang menjadikanmu satu-satunya pria yang dicintainya.  Maafkan aku, sahabat yang kusayangi. Aku sudah membiarkanmu larut dalam dosa ini. Tapi Tuhan Yang Maha Baik itu telah memberi kita kesempatan, untuk bertobat. Ayo  sayang larikan diri kita dari hubungan ini. Keputusanku sudah bulat : aku lebih memilih setia.
Lupakan aku, sayang, karena aku akan meninggalkanmu, demi dirinya.

Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki

Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya

Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau ku sadar tulusnya rasa cintamu
Takkan mungkin untuk membagi cinta tulusku
Dan aku memilih setia

Seribu kali logika untuk menolak
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku kan memilih ... kan memilih kamu

Aku memilih setia-Fatin Shidqia

Sabtu, 08 Juni 2013

Opa, selamat ulang tahun :')

Untuk opaku,
di surga

Dear opaku tersayang, selamat ulang tahun ya...
Sedih rasanya melewati hari ini tanpa kehadiranmu. Padahal semenjak Natal tahun lalu aku sudah bersiap-siap merencanakan kejutan kecil untuk hari ini. Sayangnya, rencanaku ada di luar rencana Tuhan. Jangankan untuk meniup lilin, kehadiranmu saja sudah tiada lagi disini, di sisi anak dan cucumu. Aku merindukanmu, opa. Aku sungguh menyesal karena sempat mengeluh saat mengurusmu di waktu kau lemah dan tidak berdaya. Walaupun rasa penyesalan itu langsung buru-buru kutebus dengan menyanyikan lagu lawas rohani untukmu ketika kau tertidur melawan rasa sakit di ruangan dingin yang menyesakkan nafas dan selalu membuat perasaan orang yang masuk ke dalamnya seolah dipermainkan harapan, ruang ICU. Saat itu aku sungguh tidak lagi mau mengembalikan memoriku ke masa dimana oma, istrimu tercinta, memperjuangkan hidupnya dengan dibantu berbagai macam alat yang aku yakin sangat menyakitkan jika harus dimasukkan ke dalam tubuh. Aku tak mau lagi teringat ketika oma pergi dengan ditandai bunyi panjang dari sebuah monitor yang juga menunjukkan garis lurus itu, sungguh, aku tak mau. Karena aku tau tak lama lagi aku akan mengalami sakitnya ditinggalkan.
Aku bisa melihat ikatan cinta kalian yang begitu kuat sehingga Tuhan membuat jalan yang sama untuk kepulangan kalian, kalian sama-sama harus melewati ruang ICU sebelum menikmati indahnya Surga. Bahkan penyakit yang menghantar kalian pada kehidupan yang baru juga sama, stroke.
Huuuhft, pedih mataku jika membayangkan rasa sakit yang harus kalian alami waktu itu. Tapi aku bersyukur sekali karena kemurahan Tuhan selalu turun atas kita semua, Tuhan tidak mau melihat kalian terlalu lama bertarung dengan penyakit. Tuhan begitu cepat memanggil kalian, mungkin supaya kalian bisa bersatu lagi secepatnya.
Kembali pada hari ini. Seharusnya usiamu sudah mencapai angka 69 ya opa? Maaf, aku lupa. Tapi pertanyaan aku tadi sudah dijawab kok sama mama. Katanya mama semalam memimpikanmu, opa. Jujur, aku iri sama mama, aku juga ingin memimpikanmu, opa. Aku merindukanmu.
Banyak hal yang sebetulnya ingin aku tanyakan, opa. Aku ingin menanyakan suasana rumahmu sekarang, Indahkah disana? Apa disana ada ladang tempat kau bertanam umbi-umbian? Apa disana ada kolam ikan tempat kesukaanmu memancing? Apa disana kau bertemu Paulus? Tokoh yang sangat dikagumi istrimu. Ah iya, istrimu. Untuk hal ini aku tak perlu lagi bertanya. Aku yakin kau sudah bertemu oma. Bagaimana keseharian kalian disana? Kalian pasti sangat bahagia karena bisa dengan leluasa memuji dan menyembah Pribadi yang sangat kalian kasihi. Ya, Pribadi yang selalu kau tegur setiap hari opa. Aku senang jika memikirkan kau bisa tiap hari bercengkrama dengan Pribadi itu, Yesus Kristus, Tuhan kita. Ah, aku jadi tidak sabar rasanya menyusul kalian berdua. Tapi disini jalanku masih panjang untuk bisa seperti kalian.
Aku harus lebih tekun lagi dalam menelusuri jejak langkah teladan kalian.
Aku harus bertahan melewati tempaan hidup untuk dapat menjadi bejana yang kuat.
Tuggu aku ya opa, oma !
Hingga saat aku selesai dipoles dan menjadi bejana yang cantik, aku akan kesana.
Tuhan pasti akan menjemputku untuk mempertemukan kita.
Aku yakin itu!
Sampai disini ya opaku, omaku.
Aku percaya Tuhan akan menyampaikan surat ini tanpa aku minta sekalipun.
Kububuhi perangko cinta dalam surat ini.
Aku sayang kalian...
teriring sayang dalam doa,
dari cucu perempuanmu, Tirza

Selasa, 09 April 2013

Selamat Jalan, Sahabat!

"Apa!!!", suaraku yang tiba-tiba mengalahkan suara tutor praktikum membuat semua mata menoleh kepadaku. Aku langsung meminta maaf secara universal dan langsung tertunduk kembali membaca ulang chat di group WhatsApp. "Kak Maria meninggal?", teriakku dalam hati. Badanku gemetar, aku tidak tau apa yang harus kuperbuat di tengah tutorial praktikum manajemen menengah ini. Mataku pedas, aku menangis. Walaupun praktikum ini belum berjalan setengahnya, aku mencoba memberanikan diri untuk meminta izin kepada kakak asisten lab yang sedang memeriksa tugas-tugas di belakang. Puji Tuhan, tanpa basa-basi apapun aku diizinkan pulang lebih dulu. Kakiku tidak bisa dengan tegap berpijak menuruni anak tangga, rasanya tubuhku mau melayang dan terbang. Ya, terbang! Aku rasanya ingin mendesak Tuhan dan meminta sayap padaNya agar aku bisa sesegera mungkin tiba di Rumah Sakit dan menemui Kak Maria, berharap dia masih bisa melihatku, walaupun itu pasti mustahil. Di sepanjang jalan perjalanan aku mencoba menghubungi teman-temanku untuk menginformasikan hal ini. Semua yang kuhubungi tidak percaya. Semuanya! Mereka membantahku seolah-olah aku hanya bergurau untuk mencari sensasi. Bodohkah mereka? Sekacau-kacaunya diriku, aku masih bisa memilah hal-hal yang bisa dijadikan candaan. Tidak mungkin kematian seseorang aku jadikan sebuah lelucon yang hanya membuat orang lain tertawa. 
Dengan susah payah aku meyakinkan teman-temanku tentang kenyataan ini. Sebagian dari mereka meneleponku lebih dari sekali hanya untuk memastikan kejadian tak terduga ini. Aku melihat kedua HPku. "Sial, dua-duanya lowbet!", gerutuku dalam hati sambil menyebrang jalan depan kampus. Di angkot kakiku juga tak berhenti bergerak, walaupun sedang duduk rasanya kakiku ingin terus saja berjalan hingga menimbulkan gerakan-gerakan tidak biasa pada kakiku. Mungkin penumpang yang ada di angkot itu heran melihat aku yang seperti korban kebakaran. Sepanjang perjalanan aku terus mengulang kata seandainya.
"Seandainya saja aku selalu membalas SMS Kak Maria saat dia mulai cerita tentang pujaannya"
"Seandainya aku sadar akan diet ketat yang sedang ia lakukan"
"Seandainya kemarin aku serius membantunya melakukan penelitian untuk skripsinya"
"Seandainya aku mengajak orang itu saat terakhir menjenguk Kak Maria"
"Seandainyaa..."
Aaaaah, kepalaku mau pecah rasanya memikirkan masa-masa melayani Tuhan bersama dirinya. Kenapa Tuhaaaan, kenapa Kau panggil sahabatku secepat ini? Dia masih muda Tuhan, hanya berbeda sembilan bulan denganku. Apa tugasnya sudah selesai di dunia ini? Belum Tuhan, dia masih punya tugas untuk mengajar tamborine di komisi sekolah Minggu. Dia juga masih punya janji untuk menjadi tim pemerhati di komisi pemuda, tugasnya belum selesai Tuhan! Belum!
Aku terus menerus bercakap dengan Tuhan di dalam hatiku, atau mungkin lebih tepat jika dibilang aku protes. Aku masih tidak bisa mengerti mengapa Tuhan mengambil dia yang berpredikat sebagai jemaat teladan di komisi pemuda. Aku tidak habis pikir bagaimana dia, seorang mahasiswi UI yang cantik dan pintar bisa memiliki rasa rendah diri yang begitu tinggi hingga harus menyakiti diri sendiri dengan diet ketat yang aku rasa diatur sendiri olehnya. Aku tidak bisa berhenti berpikir, hingga aku baru sadar angkot yang kutumpangi sudah tiba di depan rumah sakit.
Aku langsung turun dan berlari tanpa tau dimana jenazah Kak Maria berada. Handphoneku mati, aku jadi tidak bisa bertanya pada siapapun. Ah, kucoba saja ke ruangan tempat terakhir aku menjenguknya. Dan benar saja, saat aku keluar dari lift di lantai dua sudah banyak orang-orang yang sudah akrab di mataku. Mereka menangis, tapi tidak semuanya. Ada seorang ibu yang mondar-mandir kesana kemari sambil menasehati orang-orang yang menangis untuk menghapus air mata mereka. Ya, itu ibu dari Kak Maria. Beliau terlihat tegar, tapi setelah kuperhatikan lebih jauh, beliau juga terlihat sedikit aneh dengan kata-katanya. Beliau tidak mau melihat Kak Maria, anak tunggalnya. Sekarang kesimpulanku berubah, itu bukan ketegaran, itu shock. Aku bisa paham, anak satu-satunya yang pergi merantau untuk menimba ilmu di Universitas ternama di Negeri ini tidak pulang kembali. Justru beliau harus menjemput anaknya pulang, hanya raga dan tanpa roh. Pastilah kenyataan ini sangat memberi goncangan hebat di relung hatinya. Aku melihat ke arah ayah Kak Maria, beliau hanya terdiam. Ya, aku juga bisa paham mengapa beliau diam. Pasti banyak penyesalan dalam hatinya entah karena apapun itu. Aku terpaku lagi, tak tau harus berbuat apa.
"Cha, mau lihat Kak Maria?", suara Kak Nugroho membuyarkan lamunanku.
"Melihat Kak Maria?", aku berpikir sanggupkah aku menahan tangis saat melihat jenazah Kakak rohaniku itu?
"Ya Kak, aku mau lihat, tolong antar aku", aku menjawab pertanyaan Kak Nugroho tanpa menyelesaikan pemikiranku. 
Aku membuka pintu yang terlihat menyeramkan itu. Seminggu yang lalu aku juga berada di tempat ini untuk menjenguk dan mendoakan Kak Maria. Aku berdoa supaya dia cepat sembuh dan bisa segera kembali melayani di Gereja. Tak kusangka dalam waktu seminggu Tuhan menjawab doaku, dan jawabanNya berlawanan dengan permintaanku. Ternyata permintaanku bukanlah yang terbaik untuk dirinya.
Aku menyusul Kak Nugroho yang telah masuk ke sebuah ruangan ditutup tirai. Aku mulai ragu untuk melangkah lagi. Tapi sambil memejamkan mata aku mencoba menguatkan hati untuk melihat dirinya, yang kini sudah tiada. Aku membuka mataku. Badanku kembali bergetar, kali ini lebih hebat dari yang tadi aku alami. Aku menangis. Rasanya aku ingin mengguncang badan Kak Maria dan membangunkannya. Tapi dia tidak berkutik sedikitpun, raganya sudah tidak berdaya. 
Tak lama jenazah dipindahkan dan diadakan kebaktian untuk melepas jenazahnya yang akan segera dibawa ke Kertosono, rumah orangtuanya. Disana juga pasti akan diadakan kebaktian penghiburan lagi untuk menguatkan hati keluarga yang ditinggalkan. Memang, keluarga ini pastilah membutuhkan penghiburan ekstra. Anak tunggal mereka lebih dulu pulang ke Rumah Bapa. Tapi saat aku mencoba mengajak ibu Kak Maria untuk mengobrol, beliau sangat kuat. Katanya beliau pasti bisa melewati semua ini, karena beliau memiliki banyak anak selain maria, ya secara beliau adalah seorang guru. Aku terkagum karena beliau sangat bangga dengan anaknya. Aku juga bangga. Aku sangat bangga memiliki rekan pelayanan yang setaat dirinya. Aku bangga bisa mengenalnya dan bisa menjadi salah satu tempat curhatannya. Aku bangga bisa menampung aspirasinya untuk pertumbuhan komisi pemuda. Ya, aku bangga! Bahkan aku bangga di masa mendatang bisa menjadi penerus misinya dalam pelayanan. 
Aku mengasihimu Kak Maria, tapi Tuhan Yesus lebih mengasihimu :')

Selamat jalan sahabatku, sampai bertemu lagi di Rumah Bapa...