If i write here, you know there must be something with my feeling. Whether happy, sad or whatever it is...
Aku lagi banyak pikiran, aku tipe orang yang susah tidur nyenyak kalau ada sesuatu atau banyak sesuatu yang mengganggu pikiran aku. Jangankan untuk tidur nyenyak dan bermimpi, untuk sejenak terlelap aja itu susah banget rasanya. Seperti harus menjemur di tiang yang tinggi, ketika susah payah kita berusaha mencari cara untuk menjemur setiap baju itu entah dengan mencari bangku agar bisa mencapai tiangnya atau dengan mencari tongkat untuk bisa mengangkat bajunya, malang tak bisa dihindar. Hujan lebat membasahi seluruh baju yang sudah terjemur rapi. Begitupun aku, ketika sudah susah payah melakukan berbagai macam relaksasi agar bisa tidur, aku justru merasa ngantuk tepat ketika waktu memaksakan diri untuk melakukan segala aktivitas; pagi sudah datang.
Kamu mungkin orang kedua setelah mamaku yang paham betul bagaimana air mukaku kalau lagi kepikiran sesuatu. Dan bukan tak mungkin, kamulah orang pertama yang paham betul kalau aku sudah menulis dan mempublikasikannya itu berarti ada sesuatu yang harus kusampaikan dengan latar alasan yang beragam. Di satu waktu karena memang merasa perlu membagi sebuah cerita dengan orang lain, di waktu yang lain mungkin karena aku memang tidak memiliki seseorang lagi yang bisa menjadi tempat sampah dari setiap keluh kesahku. Kamu tau betul aku lebih leluasa mengungkapkan segala hal melalui tulisan. Walaupun tulisanku tak bisa dinilai baik dengan segala kekacauan kalimat dan kata yang terkadang tidak pada tempatnya.
Kamu tak usah khawatir. Dengan segala kegalauan dan kelabilanku yang semakin memuncak akhir-akhir ini, tulisanku hari ini akan membawa suatu kabar gembira. Jangan bercanda dulu, Sayang. Aku tidak akan membicarakan kulit manggis sekarang ini. Aku yakin semua orang sudah terlalu bosan mendengar kabar si kulit manggis, sehingga kabar ini sudah tidak terlalu menggembirakan lagi bagi mereka. Bahkan kawan-kawanku yang menimba ilmu di benua Eropa dan Australia sudah mendengar kabar yang katanya menggembirakan ini.
Sayang, kita memang baru menjalin hubungan satu tahun lamanya, lebih beberapa hari tetapi tidak kurang sama sekali. Tapi kita sama-sama tau, kita sama-sama menyadari bahwa kita bukan lagi anak kecil. Siapapun, bahkan orang yang paling tua sekalipun aku yakin akan berpendapat sama mengenai hal ini. Ya, kita bukan anak kecil lagi. Usia kita sudah sama-sama kepala dua, sudah dewasa. Setiap keputusan yang kita ambil harus dipikirkan masak-masak, bukan berdasar pada emosi sesaat. Kamu pasti tertawa atau sekedar tersenyum membaca kalimatku barusan. Iya, aku tau. Aku terlalu childish. Terlalu sering aku mengambil keputusan yang terburu-buru dan berubah sedetik berikutnya. Aku tau, ngga jarang aku ambil keputusan yang menggebu dan buat hati kamu pilu. Aku tau. Dan ini kabar baiknya. Aku menyadari itu penuh. Aku sadar, kecintaanku padamu membawa sisi kekanakanku bukan pada tempatnya lagi, Sayang.
Aku tau persis, di usia berapapun apapun yang kita lakukan harus dipikirkan dampaknya, bukan hanya asal memuaskan hati sendiri aja. Anak kecil yang mau main hujan aja harus mikirin setelah itu dia bakal sakit atau ngga, apalagi kita yang udah bukan anak kecil lagi. I know, sekarang udah bukan waktunya lagi kita pacaran dengan siklus chatting dari bangun tidur sampai ketiduran lagi. Ngambek hanya karena balasan yang lama atau marah karena ngga ada kabar. Sudah bukan waktunya buat kita seperti itu. Tapi, ngga salah kan kalau aku mau terus ngobrol sama kamu? Ngga salah kan kalau aku mau diperhatiin kamu? Ngga salah kan kalau aku terus menanti kabar dari kamu? Iya, aku tau jawaban kamu. Ngga salah. Dan kamu ngga pernah menyalahkan aku atas hal itu. Kamu juga ngga pernah keberatan dengan hal itu. Karena ya memang begitulah kamu. Kamu selalu memperhatikan aku dengan caramu sendiri, kamu tak luput memberi aku kabar dan kamu ngga pernah ngeluh kalau aku lagi cerewet-cerewetnya nyeritain sesuatu yang mungkin sama sekali ngga menarik buat kamu.
Sekarang yang jadi pertanyaan dari kabar baik itu, apa yang aku bisa lakukan setelah aku sadar?
Aku sadar sepenuhnya bahwa aku sayang sama kamu, cuma kamu. Bullshit emang kedengerannya. Seperti yang udah kita alamin belakangan ini, aku gampang banget goyah sama ini itu dan itu buat aku terlihat ngga setia sama kamu. Tapi bukan itu yang sebenarnya, Sayang. Kalau aku ngga sayang banget sama kamu, aku pasti udah nyerah dari dulu. Aku bisa kok dengan percaya diri bilang "aku bisa bahagia tanpa kamu", tapi bukan itu yang aku mau. Aku mau meraih setiap bahagia itu sama kamu. Walaupun ada orang lain yang mungkin bisa lebih meyakinkan untuk ngebahagiain aku, walaupun ada tempat lain selain di sisi kamu yang bisa buat aku lebih nyaman, aku masih tetap keukeuh sama keyakinan aku. Aku yakin, aku percaya, kalau kamu bisa sukses. Sukses buat memenuhi segala macam tanggung jawab kamu yang ngga terhitung banyaknya itu.
Aku percaya kamu ngga akan ngecewain aku dengan segala ingkar janji kamu. Aku percaya kamu akan sungguh-sungguh melakukan perkara yang hebat bukan karena tuntutan aku, tapi karena kamu memang sungguh sayang sama aku. Aku percaya kamu ngga akan membuat aku menyesal dengan pilihan aku yang tetap keras kepala dampingin kamu. Aku percaya kamu akan mengembalikan segala sesuatu ke aku yang kamu sebut "hutang". Aku percaya kamu bisa jadi teladan yang baik buat aku dalam hal pertumbuhan rohani. Aku percaya kamu bisa bimbing aku untuk saling membangun di dalam Tuhan. Aku percaya kamu bisa kembali menjadi obat tidur yang paling ampuh sedunia. Aku percaya kamu bisa selesaikan semua proyek tulisan kamu pada waktu yang tepat. Aku juga percaya, keseruan kita pas kemarin makan di pemda cibinong terus lari-larian sambil pegangan tangan pas nyebrang jalan ngga akan berkurang sedikitpun meskipun itu kita lakukan lagi di satu tahun, dua tahun atau bahkan berpuluh tahun kemudian. Masih banyak "percaya" yang aku tanam di dalam hati aku secara khusus karena dirimu. Dan di atas segalanya, aku percaya kamulah yang bisa membahagiakan aku lebih dari siapapun.
Nah, sekarang yang jadi pikiranku adalah: bisakah kamu menjaga serta mewujudkan kepercayaan dari aku?