Halo,
pertama-tama aku mau ucapin selamat tanggal 23 dulu nih :)
Udah ngga ada artinya lagi sih, tapi ngga salah kan ya?
Tepat hari ini ya kita ambil keputusan itu.
Kamu ngga sengaja milih tanggal ini kan buat ambil keputusan tadi?
Hmm, ngomong-ngomong berhubung surat ini juga agak mustahil kamu baca jadi ya aku ngga mau berbasa-basi lebih lama.
Tapi karena masih ada kemungkinan kamu baca surat ini jadi aku ungkapin beberapa hal aja ya untuk kamu...
Aku harap kamu disana bener-bener fokus kuliah.
Ngga usah takut gagal. Dengan adanya kamu disana aja itu udah sebuah kesuksesan kok.
Inget yang aku bilang, ngga semua orang bisa dapet kesempatan emas kayak kamu gini.
Jadi manfaatin sebaik-baiknya ya!
Oia, jangan karena keputusan yang kita ambil tadi kamu jadi enggan pulang kesini ya!
Biar gimanapun Indonesia ini kampung halamanmu loh.
Orangtuamu tinggal disini. So, jangan sampai lupa pulang ya!
Jaga kesehatan kamu juga disana. Jangan sekali-kali nyobain rokok atau minuman keras. Kalo udah sekali nyoba kamu pasti susah lepas deh. Apalagi ngga ada aku disana yang bisa ingetin kamu. Hehehe
Terus juga tetap jaga kualitas pelayanan kamu ya. Seperti yang aku bilang dulu, cowo akan kelihatan lebih sexy kalau bisa tetap melayani Tuhan di tengah kesibukannya yang seabrek. Lagipula biarpun aku ngga bilang gitupun, ngga ada ruginya kan melayani Tuhan. Itukan memang tugas kita.
Yaudah segitu aja yang mau aku sampaikan di surat ini,
Terakhir, inget janji kamu ya :)
Apapun yang terjadi, janji tetaplah janji.
Hutang harus dibayar lunas sampai jatuh tempo!
Oke?
Sukses buat kamu! (Buat aku juga)
God bless you {()}
Minggu, 23 Juni 2013
Kangen
Aku kangen kamu.
Menggelikan ya? Iya memang, aku juga tau kok ini menggelikan.
Baru kenal dalam hitungan Minggu, aku sudah berani merasakan ini.
Bodoh ya? Iya memang, karena rasa yang seperti ini memang mampu membodohi logika.
Huh!
Namamu merangsuk masuk begitu saja ke otakku.
Padahal kalau dipikir buat apa aku kangen?
Kamu juga kan ngga merasakan hal ini.
Sekarang saja kamu sedang bermain dengan mimpi saat aku merasa kangen.
Jujur, aku benci seperti ini.
Menunggu kabar yang bukan menjadi hakku.
Merasa rindu tapi hanya merenung.
Mereka-reka kamu sedang apa dan bagaimana perasaanmu terhadapku.
Kangen.
Sebetulnya kata ini tak pantas aku ucapkan kepadamu.
Kalau merasakan ini jiwaku mendesak ingin menemuimu.
Padahal saat bertemupun aku tak berani berkutik.
Hanya tersenyum dan menatap matamu. Hanya itu. Tapi itu juga sudah cukup.
Kalau sudah seperti ini, ingin rasanya kamu segera kumiliki!
Maaf, lagi-lagi hati ini melontarkan perasaan yang lancang.
Tapi mengingat kata-katamu yang kemarin, aku tersenyum lagi.
Mungkinkah perasaan yang lancang ini bisa termaafkan?
Kangen, apa aku pantas merasakan ini terhadapmu?
Kalau jawabannya tidak, aku akan usir jauh-jauh perasaan ini.
Tapi kalau menurutmu aku pantas merasakannya, izinkan aku bertanya padamu.
Apa kamu juga merasakan hal yang sama?
Menggelikan ya? Iya memang, aku juga tau kok ini menggelikan.
Baru kenal dalam hitungan Minggu, aku sudah berani merasakan ini.
Bodoh ya? Iya memang, karena rasa yang seperti ini memang mampu membodohi logika.
Huh!
Namamu merangsuk masuk begitu saja ke otakku.
Padahal kalau dipikir buat apa aku kangen?
Kamu juga kan ngga merasakan hal ini.
Sekarang saja kamu sedang bermain dengan mimpi saat aku merasa kangen.
Jujur, aku benci seperti ini.
Menunggu kabar yang bukan menjadi hakku.
Merasa rindu tapi hanya merenung.
Mereka-reka kamu sedang apa dan bagaimana perasaanmu terhadapku.
Kangen.
Sebetulnya kata ini tak pantas aku ucapkan kepadamu.
Kalau merasakan ini jiwaku mendesak ingin menemuimu.
Padahal saat bertemupun aku tak berani berkutik.
Hanya tersenyum dan menatap matamu. Hanya itu. Tapi itu juga sudah cukup.
Kalau sudah seperti ini, ingin rasanya kamu segera kumiliki!
Maaf, lagi-lagi hati ini melontarkan perasaan yang lancang.
Tapi mengingat kata-katamu yang kemarin, aku tersenyum lagi.
Mungkinkah perasaan yang lancang ini bisa termaafkan?
Kangen, apa aku pantas merasakan ini terhadapmu?
Kalau jawabannya tidak, aku akan usir jauh-jauh perasaan ini.
Tapi kalau menurutmu aku pantas merasakannya, izinkan aku bertanya padamu.
Apa kamu juga merasakan hal yang sama?
Jumat, 21 Juni 2013
Cinta Prematur
Sebelas hari. Sejak pertama kamu menyapa aku lewat sebuat tulisan yang tertera dalam layar si mungil putih yang selalu kugenggam itu. Kalau dihitung lagi, belum genap dua minggu ya? Tapi kenapa sepertinya perasaan ini sudah ada sejak bertahun-tahun? Aku bukan wanita yang mudah jatuh cinta loh. Apalagi masih ada yang belum selesai disini. Apa karena kita memiliki banyak kesamaan? Kalau kuingat lagi kata-kata motivator ternama itu, aku jadi berpikir ulang. "Memiliki banyak persamaan belum tentu bisa membuat dua insan yang saling mencinta menjadi bersama." Aku tidak tau betul tidaknya, karena memang belum pernah mencoba. Biar waktu saja yang menjawab itu. Terkadang aku berpikir bahwa kamu hanyalah malaikat yang hanya sekedar lewat untuk menjadi teman pengisi sepi. Sama seperti mereka yang sebelumnya sudah datang lalu pergi. Berlalu lalang di tengah kesepianku. Tapi ya kembali lagi waktu. Waktu menjawab hal yang lain, jauh di luar pekiraan. Desiran hangat mulai menjalar saat memikirkan kamu. Kalimat sederhana darimu mampu menciptakan senyuman yang terlalu sering muncul di setiap waktu dimana hari mulai berganti nama. Banyak pertanyaan yang muncul dalam diam ketika melihatmu. Padahal jawabnya cuma satu : kamu.
Aku tidak bisa mengendalikan ini lagi. Rasa ini sudah begitu frontal merasuki seluruh sel-sel otakku dan tentunya juga, hatiku. Cintakah ini? Jika iya, dia terlahir prematur. Butuh perawatan khusus dalam menangani kasus prematur. Apa kamu mau berjuang denganku merawat cinta yang terlahir prematur ini? Kalau terus diperjuangkan, akan ada banyak kicauan di luar sana yang meremehkan cinta prematur ini. Tak bisa dipungkiri pandangan merendahkan pasti akan menghampiri cinta ini. Atau bahkan mungkin menghakimi akan jadi seperti apa akhir dari cinta yang terlahir prematur ini. Tapi persetanlah dengan perkataan orang! Cinta ini kan tidak pernah meminta hadir di waktu yang salah. Apalagi meminta untuk dilahirkan, tapi Tuhanlah yang mengizinkan cinta ini hadir. Nah, kalau sudah begitu, apa salah cinta ini hadir lebih cepat dari yang seharusnya? Lagipula, disini kan aku dan kamu yang melahirkan cinta ini. Biarlah cinta ini tumbuh hebat dan mengangkasa melebihi cinta yang terlahir normal sekalipun. Lihat saja Sir Isaac Newton, beliau saja bisa mendunia meski terlahir prematur. Dipatahkannya perkataan orang-orang yang meremehkan dengan hasil karyanya yang luar biasa. Mari kita juga seperti itu. Kita hasilkan maha karya dalam cinta yang prematur ini. Agar pada saatnya tiba cinta ini berhasil mendunia, mereka semua akan tercengang terkagum-kagum.
Kalau hal itu bisa terjadi, siapa yang pada akhirnya bangga?
Aku dan kamu kan? :)
Aku tidak bisa mengendalikan ini lagi. Rasa ini sudah begitu frontal merasuki seluruh sel-sel otakku dan tentunya juga, hatiku. Cintakah ini? Jika iya, dia terlahir prematur. Butuh perawatan khusus dalam menangani kasus prematur. Apa kamu mau berjuang denganku merawat cinta yang terlahir prematur ini? Kalau terus diperjuangkan, akan ada banyak kicauan di luar sana yang meremehkan cinta prematur ini. Tak bisa dipungkiri pandangan merendahkan pasti akan menghampiri cinta ini. Atau bahkan mungkin menghakimi akan jadi seperti apa akhir dari cinta yang terlahir prematur ini. Tapi persetanlah dengan perkataan orang! Cinta ini kan tidak pernah meminta hadir di waktu yang salah. Apalagi meminta untuk dilahirkan, tapi Tuhanlah yang mengizinkan cinta ini hadir. Nah, kalau sudah begitu, apa salah cinta ini hadir lebih cepat dari yang seharusnya? Lagipula, disini kan aku dan kamu yang melahirkan cinta ini. Biarlah cinta ini tumbuh hebat dan mengangkasa melebihi cinta yang terlahir normal sekalipun. Lihat saja Sir Isaac Newton, beliau saja bisa mendunia meski terlahir prematur. Dipatahkannya perkataan orang-orang yang meremehkan dengan hasil karyanya yang luar biasa. Mari kita juga seperti itu. Kita hasilkan maha karya dalam cinta yang prematur ini. Agar pada saatnya tiba cinta ini berhasil mendunia, mereka semua akan tercengang terkagum-kagum.
Kalau hal itu bisa terjadi, siapa yang pada akhirnya bangga?
Aku dan kamu kan? :)
Selasa, 18 Juni 2013
We are CCF 8th Generation!
Iseng memang sesuatu yang ajaib ya. Kalo lagi iseng ada aja kejadian yang berkesan. Iseng BBM orang yang ditaksir eh tiba-tiba keterusan. Iseng ngejalanin hobi eh bisa jadi pekerjaan. Sama kayak yang gue rasain sekarang. Iseng aja bongkar-bongkar undangan PJ RohKris eh gue langsung kejebak sama nostalgia deh. Tapi disini gue ngga mau nostalgia yang sedih-sedihan, nangis-nangisan atau galau-galauan gitu. Disini gue mau ketawa, iya ketawa. Ngga sendirian kok, mungkin bisa ditemenin juga sama kalian yang baca postingan ini. Gue mau menyalin ulang karya divisi humas RohKris angkatan 2008-2009. Karya ini berisi tentang kita, si generasi ke delapan.
Cekidot :
Syalom,
Hai! Welcome ni di negara "Heaven" yang punya ibukota "Berkat". Disini JESUS nyiptain beragam-ragam manusia yang unik-unik. Mulai dari presidennya Daniel yang saking sibuknya sampe jadi pendiem, tapi soal model rambut tetep number one deh! Ada lagi wakilnya nih yang gagah perkasa, tapi eh... tapi dia cewe loh! Siapa lagi kalo bukan Onel yang udah punya banyak prestasi di pertandingan basket. Uniknya si kepala negara nurun loh ke warga-warganya, liat aja keluarga yang satu ini. Mulai dari suaminya, si Adi yang diem-diem hanyut sendiri tapi metal. Eittss.. Ada istrinya juga nih, si Arinda yang ngefans banget sama bintang Korea. Beuhh.. Anak-anaknya sampe ngga keurus tuh si kembar tiga. Siapa lagi kalo bukan Yosi si atong (anak lontong), Filo si ganteng (gumamnya dalam hati). Si kembar yang ketiga namanya Leo anak seribu bacot yang ngga pernah akur sama sodaranya and bikin susah pengasuhnya si Chintya yang seksi abiss deh (bibirnya...becanda chin) Oh iya ada juga nih kumpulan pedagang di sini...
Mulai dari Jule si tukang pasir dan batako yang punya istri cakep namanya Icha yang sayang banget sama kucing-kucingnya. Sampe-sampe si Jule sama si Joshua yang jail ngga keurus. Ada juga si tukang sembako, namanya Bong yang kalo ngomong bikin banjir rumah sampe Yuyun yang jadi istrinya harus siap ngepel 24 jam, tapi tetep santai. Maklum nurunin upik abu... Ada anaknya loh ada Gaby yang cerewet tapi udah dijodohin sama si Gihon anak gahol dari dusun sebelah sekaligus anak band yang doyan maen gong. Adeknya Gaby, si Peo yang saking doyannya makan permen karet sampe permen di warung bapaknya laris manis...
Di samping kios Bong ada tukang tambel ban bersaudara yaitu si Tumpal yang terlalu serius mikirin usahanya sampe ngga sadar udah ubanan dan si Mawan montir gaul yang doyan makan sambil buka FB 24 jam. Ni tambel ban punya langganan setia. Si Dany yang punya geng motor beken beranggotakan Joey, Rudy, sama Freddy yang ngga bisa pisah dari motornya. Ada juga nih Yusiyan dan Ronny yang harmonis banget ditambah Chrys dan Melka yang suka diem seribu bahasa tapi tetep stay cool. Ngga ketinggalan si Ezra tetangga pertapa kita yang ngga pernah keluar rumah! Sampe si Magda yang dicepol diem-diem nekat jadi ngga bisa PDKT-an. Ada juga keluarga bahagia di kota ini si Yoha yang imut dan Tio yang amit. Mereka punya anak kesayangan yang narsis abis, si Shelly tuh sama anak kedua, si Elia yang udah jadi profesor di Fakultas Jayus di UMJ (Universitas Makhluk Jayus)
Walaupun di kota ini Tuhan nyiptain bermacam-macam orang, tetep dong kita SEHATI, SEPIKIR, dan SETUJUAN buat melayani LORD JC.
Udah dibaca kan? Ketawa kan? Terjebak kan? Kangen kan?
Nah itulah nostalgia. Mungkin orang-orang yang digambarin di atas udah ngga seperti dulu lagi. Mungkin pasangan-pasangan yang di atas dilukiskan sangat bahagia dan harmonis sekarang mungkin sudah merasa hambar atau mungkin sudah berpisah. Gue ngga tau. Yang gue tau, saat undangan yang berisi cerita di atas dibagikan ke kita, saat itu kita bahagia.
Minggu, 16 Juni 2013
Surat Cinta untuk Pak Capres : Wawancara atau Bullying?
Oke. Sudah jam enam sore. Kebetean akibat dibuat nunggu selama hampir tiga jam terbayarkan dengan setengah piring nasi goreng telor buatan si akang. Sakit kepala akibat bayangan kipas angin yang berputar-putar di lantai juga terbayarkan dengan seperempat gelas susu milo. Sayangnya, semua pembayaran itu diretur kembali dengan muntahan gue sebanyak dua kali. Ya, itu buang-buang uang, sayang sekali. Tapi disini gue ngga mau cerita tentang uang. Disini gue mau cerita tentang lirikan mata pak capres yang ngga bisa berhenti buat gue mau ngakak.
Rangkaian kalimat di atas tadi hanyalah sebuah flashback memory sebagai pengingat bagaimana gue akhirnya memutuskan untuk menuliskan surat ini.
Oke, Selamat malam Pak Capres!
Tadi saya terima message dari anda, anda bilang anda sedang bersama dengan partner anda. Betulkah itu? Hmm, sepertinya saya tidak perlu meragukan pernyataan anda Pak. Karena sebagai calon pasangan pemimpin, kalian berdua pasti harus lebih sering meluangkan waktu bersama untuk sharing mengenai proker anda berdua. Sebetulnya yang ingin saya tanyakan, kenapa anda sampai serepot itu menginformasikan keberadaan partner anda kepada saya? Memangnya saya siapanya beliau Pak? *ehm* *ini bukan kode ya Pak!* Maaf-maaf saja, saya bukan seorang penjual cinta dengan modal dusta, seperti rekan anda yang selalu gagal meraih cinta wanita. Ya sebut saja namanya Imam. *bukan nama asli*
Tadi saya terima message dari anda, anda bilang anda sedang bersama dengan partner anda. Betulkah itu? Hmm, sepertinya saya tidak perlu meragukan pernyataan anda Pak. Karena sebagai calon pasangan pemimpin, kalian berdua pasti harus lebih sering meluangkan waktu bersama untuk sharing mengenai proker anda berdua. Sebetulnya yang ingin saya tanyakan, kenapa anda sampai serepot itu menginformasikan keberadaan partner anda kepada saya? Memangnya saya siapanya beliau Pak? *ehm* *ini bukan kode ya Pak!* Maaf-maaf saja, saya bukan seorang penjual cinta dengan modal dusta, seperti rekan anda yang selalu gagal meraih cinta wanita. Ya sebut saja namanya Imam. *bukan nama asli*
Saya mau menjelaskan Pak, rentetan pertanyaan yang diangkat dari study kasus kemarin harusnya bisa saya selesaikan dengan mudah ditambah dengan nada-nada suara yang lugas dan meyakinkan. Sesuai seperti yang Bapak bilang, keahlian saya ada di bidang Public Relation dan Manajemen. Dengan modal kombinasi keahlian saya itu memang yang seharusnya terjadi di akhir pertemuan kita adalah kepuasan. Tapi pak, jujur aja nih ya. Karena dari awal lirikan Bapak sudah menggelitik saya untuk tertawa, jadi selama berjam-jam kita bicara kesimpulan yang dapat saya hasilkan adalah nol. Iya pak, nol! Karena saya tidak bisa sedikitpun mengutarakan semua jawaban yang sudah tersimulasi dalam pikiran saya. Tapi saya beritahu saja ya Pak, segala sesuatu tidak akan bisa dimulai kalau tidak berangkat dari angka nol. *membela diri*
Ngomong-ngomong Pak, apa sih arti lirikan mata anda? Kenapa anda sering sekali mencoba membujuk saya mengikuti arah mata anda melalui lirikan itu? Jangan begitu Pak, kan saya jadi tertawa terus. Bapak tau kan arti tawa saya? Iya Pak, saya grogi! Hahaha
Ngomong-ngomong Pak, apa sih arti lirikan mata anda? Kenapa anda sering sekali mencoba membujuk saya mengikuti arah mata anda melalui lirikan itu? Jangan begitu Pak, kan saya jadi tertawa terus. Bapak tau kan arti tawa saya? Iya Pak, saya grogi! Hahaha
Saya grogi kalau harus berbicara layaknya MC di depan partner anda. Terserah andalah pak mau mengartikan grogi saya tersebut sebagai apa. Entah kagum, tertarik atau malah takut. Tapi intinya saya grogi. Buktinya saya mulai bisa bicara serius saat partner anda menjauh dari posisi kita. Sayangnya saat pikiran dan perkataan saya mulai memanas, beliau balik lagi pak. Hahahaha... Kan saya jadi tertawa lagi pak. Sekali lagi anda taulah arti tawa saya itu. Otomatis pembicaraan yang mulai beranjak melewati angka 10 dari range 0-100 itu turun kembali lagi ke angka nol. Dan waktupun sudah memanggil-manggil saya untuk pulang pak. Jadi pembicaraan kita terlihat sia-sia. Tapi tidak kok buat saya. Dari pertanyaan dan pernyataan yang telah anda utarakan kepada saya, sudah terbaca kok oleh saya. Kalau kita satu visi dan misi. Sungguh. Saya disini tidak punya niat terselubung untuk berjualan kecap Pak, kan Bapak tau sendiri saya sudah sangat manis. Bicara tentang manis, menurut saya Bapak Capres ini manis loh, partner anda juga ngga kalah manis. Eh, jangan salah paham dulu Pak, maksud saya yang manis itu kinerjanya. Hahahaha *jadi grogi lagi kan tuh-_-
Ngomong-ngomong saat melirik ke partner anda itu sekilas mengingatkan saya kepada satu sosok Pak. Namanya Dedas, beliau adalah pemimpin saya di era kinerja saya selama berorganisasi di SMA. Sama seperti partner Bapak, garis rahangnya yang tegas semakin mempercantik karisma dan wibawa yang dimilikinya. Ka Dedas itu orang yang sangat saya hormati dan kagumi. Berwibawa, tegas, galak, tapi juga penuh dengan kasih. Ngga nyangka di balik wibawanya ternyata beliau cukup playboy di mata saya. Semoga saja partner anda tidak seperti itu ya Pak, supaya wibawanya tidak hilang sampai kapanpun. *amin*
Sampai disini dulu ya Pak, saya mau menghilangkan rasa kesal dulu nih akibat BBM yang pendingnya membabi buta. Walaupun terlambat, saya cuma mau Bapak tau saja. Bahwa pemikiran yang Bapak sampaikan kemarin 11:12 dengan jawaban yang tersimulasi di otak saya.
Sekian ya Pak. Semoga menang!
Oia kelupaan, salam ya Pak buat partner anda...
Hahahahaha
*grogi*
*grogi*
Ttd : VTD
Di sampingmu
Kamu, iya kamu! Kenapa kamu pergi ke sana? Hei, aku ada di sini!
Apa yang terluka? Hatimu? Kamu masih menyimpan luka yang tersayat akibat perempuan itu? Kenapa? Lupakan dia! Kamu tidak lihat dia sedang bersenang-senang di sana dengan pria lain? Lihat itu! Pria itu tidak setampan dirimu! Hmm mungkin wanita itu jatuh cinta saat pria itu mengendarai mobil mewahnya. Hei, jangan sedih! Kamu tidak perlu memasang wajah sendu hanya untuk perempuan seperti itu! Berkacalah! Kamu baik dan sangat pintar. Tidak heran selama ini beasiswalah yang selalu menjadi langgananmu. Lihatlah, kamu juga sangat berkharisma! Sudah sewajarnya kamu diberi tanggung jawab lebih dalam organisasi di kampus.
Loh kamu mau kemana lagi? Kenapa kamu menengok ke belakang? Kamu teringat kebodohanmu saat mengerjakan tugas-tugas wanita jahat itu? Kamu baru sadar wanita itu hanya memanfaatkanmu untuk mendongkrak nilai kuliahnya? Hei, ternyata bukan cuma itu! Dia juga sengaja berpacaran denganmu untuk mendapatkan popularitas! Yah, siapapun pasti irilah dengannya yang bisa meluluhkan hatimu dan mendapatkan perhatianmu, si pintar kebanggaan Fakultas Ekonomi. Kuakui dia wanita yang lihai memanfaatkan kemolekannya, dia juga sangat pandai memainkan suaranya yang lembut dan manja untuk mendapat rangkulan mesramu. Tapi kok... Coba lihat! Dia pulang menaiki ferrari sport merah! Siapa yang mengendarai mobil mewah itu? Bukankah itu Aldy? Cowok playboy jurusan Hukum yang sangat terkenal dengan gayanya yang borju? Kalau tidak salah, bukankah dia anak pejabat? Kenapa wanita itu bersamanya? Oh tidak, dan lagi kenapa kamu hanya diam saja? Ayo pergi dan jangan diam saja! Gerakkan kakimu dan ikuti mereka! Nah, lihat kan? Dia bukan hanya menumpang mobil pria itu! Wanita itu juga makan bersamanya dan lagi, apa itu? Aldy merangkul dan membelai mesra rambut wanita itu, seolah-olah mereka terbiasa melakukannya. Sudahlah jangan dilihat lagi! Nanti kamu makin sakit! Aku sudah bisa memperkirakan arah gerakan mereka. Sudah, kumohon menengoklah kesini! Tuh betul kan perkiraanku? Ciuman itu pasti akan terjadi. Huh, apa mereka tidak sadar ada dirimu yang memperhatikan mereka? Sakit kan? Sudah kubilang, menengoklah kesini. Nah sekarang kenapa pandangan matamu mengarah ke depan? Kamu lupa dengan apa yang sudah kamu lihat tadi? Kamu masih berharap wanita itu meminta maaf dan kembali padamu? Dengarkan aku! Jangankan untuk meminta maaf, untuk menengok ke arahmu saja mungkin tidak akan pernah dilakukan wanita itu. Jadi, untuk apa kamu terus menengok ke arahnya? Karena dia cantik? Atau karena dia adalah wanita yang sangat memahami dirimu? Kurasa jawaban dari kedua pertanyaan tadi adalah tidak. Menurutku wanita yang cantik adalah wanita yang bersih hatinya, wanita yang mampu tulus mencintai seseorang yang dimilikinya. Dia memahamimu? Kamu tau jawabannya kan? Saat kamu kelelahan karena harus mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk dan menyelesaikan proposal acara kampus, siapa yang mengingatkanmu untuk tidak lupa mengisi perut? Bukankah aku yang mengingatkanmu? Apa yang wanita itu lakukan? Dia hanya menanyakan kabar tugasnya yang seminggu lalu ia serahkan padamu untuk dikerjakan. Aku sungguh jijik saat melihat wanita itu mencium pipimu ketika dia mengambil lagi tugasnya yang sudah kamu kerjakan.
Kenapa? Kamu lelah memandang ke arah wanita itu? Kamu juga lelah menengok ke belakang untuk mengingatnya? Tidak ada gunanya bukan?
Ayolah, menengok kesini!
Ya bagus! Jangan menoleh kemanapun lagi!
Teruslah menoleh ke sampingmu!
Lihatlah aku, aku selalu di sampingmu!
Tetaplah bersamaku, karena aku akan membalut lukamu...
Tetaplah bersamaku, karena aku akan membalut lukamu...
Selasa, 11 Juni 2013
Maaf, aku memilih SETIA
Aku harus membenahi apa yang saat ini telah terjadi. Semua adalah salahku. Dimulai ketika aku mulai haus akan realita kehadiran seseorang di sampingku, kamu datang. Memberi senyum dan perhatian yang memang aku rindukan dari seseorang yang kini sedang menimba ilmu di Negri Tirai Bambu. Perkenalan kita yang belum menempuh angka satu tahun mampu menodai hubunganku yang sudah lebih dari lima tahun berjalan, dengan kekasihku. Ya, aku berdusta, meski dusta itu hanya ada di dalam hati. Aku mulai mencintai kamu, orang lain yang tiba-tiba hadir dan merefleksikan dirinya dalam keseharianku. Kamu tau, aku sudah berdua. Tapi itu semua tidak meluluhkan ketulusanmu kepadaku, kamu tetap menungguku. Menunggu untuk apa, sayang?
Aku tidak akan meninggalkannya. Aku masih dan akan selalu menunggu kepulangannya. Meski ia jauh dan kamu dekat, itu tidak akan bisa mempengaruhi komitmenku. Walau aku akui, aku sempat goyah karena pendirianmu yang sekeras batu karang dan ketulusanmu yang seputih merpati. Aku tidak tahan jika kamu terus menerus menungguku pulang, mengantarkanku ke toko buku, membantuku mengerjakan tugas kuliah, bahkan kamu menggendongku saat aku hampir jatuh pingsan. Aku tidak bisa terus menerus menyakitimu seperti ini. Tidakkah kamu pernah berkaca dan melihat sekelilingmu, sayang? Kamu tampan, ya itu pesona yang tidak dapat dipungkiri wanita manapun. Kamu sangat baik, bukan hanya kepadaku tapi juga terhadap orang yang tidak kamu kenal sekalipun. Masih ingatkah kamu ketika kita mampir ke toko buku memilihkan buku untuk kekasihku? Disana ada seorang pengunjung yang tidak sengaja menyenggol tumpukan buku-buku baru hingga buku itu berserakan di lantai. Disaat semua orang hanya terdiam dan beberapa menjauh, kamu malah menghampiri pengunjung itu dan membantunya merapikan buku. Aku terpana saat itu, tanpa kamu tau ketulusanmu telah mengingatkanku akan sosok yang aku rindukan, kekasihku. Aku mulai terkagum padamu, sejak itulah aku mulai membuka celah di hatiku untukmu, atau lebih tepatnya membuka ruang penyiksaan bagi hatimu di kemudian hari. Sayang, sadarilah! Banyak wanita lain di sekelilingmu yang menanti genggaman tanganmu. Kenapa harus kamu berikan tanganmu itu untuk merangkulku? Bodohnya lagi, aku menerimanya.
Aku tidak akan meninggalkannya. Aku masih dan akan selalu menunggu kepulangannya. Meski ia jauh dan kamu dekat, itu tidak akan bisa mempengaruhi komitmenku. Walau aku akui, aku sempat goyah karena pendirianmu yang sekeras batu karang dan ketulusanmu yang seputih merpati. Aku tidak tahan jika kamu terus menerus menungguku pulang, mengantarkanku ke toko buku, membantuku mengerjakan tugas kuliah, bahkan kamu menggendongku saat aku hampir jatuh pingsan. Aku tidak bisa terus menerus menyakitimu seperti ini. Tidakkah kamu pernah berkaca dan melihat sekelilingmu, sayang? Kamu tampan, ya itu pesona yang tidak dapat dipungkiri wanita manapun. Kamu sangat baik, bukan hanya kepadaku tapi juga terhadap orang yang tidak kamu kenal sekalipun. Masih ingatkah kamu ketika kita mampir ke toko buku memilihkan buku untuk kekasihku? Disana ada seorang pengunjung yang tidak sengaja menyenggol tumpukan buku-buku baru hingga buku itu berserakan di lantai. Disaat semua orang hanya terdiam dan beberapa menjauh, kamu malah menghampiri pengunjung itu dan membantunya merapikan buku. Aku terpana saat itu, tanpa kamu tau ketulusanmu telah mengingatkanku akan sosok yang aku rindukan, kekasihku. Aku mulai terkagum padamu, sejak itulah aku mulai membuka celah di hatiku untukmu, atau lebih tepatnya membuka ruang penyiksaan bagi hatimu di kemudian hari. Sayang, sadarilah! Banyak wanita lain di sekelilingmu yang menanti genggaman tanganmu. Kenapa harus kamu berikan tanganmu itu untuk merangkulku? Bodohnya lagi, aku menerimanya.
Sayang, ini sudah tidak wajar lagi. Aku tau kamu sakit, tidak usah melulu menipuku dengan candaanmu. Aku tau kamu terluka. Itu bisa kulihat saat kamu tersenyum lirih ketika aku terpaku pada ponselku, menunggu pesan singkat dari kekasihku. Tapi begitulah kamu, keras kepala. Kamu tau aku mencintainya, namun kamu tetap menyerahkan cintamu yang berharga itu untukku. Waktumu banyak untuk menyeleksi wanita yang terbaik, jangan kamu sia-siakan waktumu untuk menemaniku semalaman ketika aku harus berkutat dengan tugas menganalisis laporan keuangan yang memusingkanku. Aku tidak bisa membagi cintaku, sayang. Cara kita tidaklah lagi benar adanya. Kita sama-sama tau bahwa sulit untuk menempuh jalur perpisahan, tapi tidak ada cara lain untuk menuju kebahagiaan selain ini, sayang. Aku yakin, kamu akan menemukan wanita terbaik yang menjadikanmu satu-satunya pria yang dicintainya. Maafkan aku, sahabat yang kusayangi. Aku sudah membiarkanmu larut dalam dosa ini. Tapi Tuhan Yang Maha Baik itu telah memberi kita kesempatan, untuk bertobat. Ayo sayang larikan diri kita dari hubungan ini. Keputusanku sudah bulat : aku lebih memilih setia.
Lupakan aku, sayang, karena aku akan meninggalkanmu, demi dirinya.
Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki
Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya
Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau ku sadar tulusnya rasa cintamu
Takkan mungkin untuk membagi cinta tulusku
Dan aku memilih setia
Walau ku sadar tulusnya rasa cintamu
Takkan mungkin untuk membagi cinta tulusku
Dan aku memilih setia
Seribu kali logika untuk menolak
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku kan memilih ... kan memilih kamu
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku kan memilih ... kan memilih kamu
Aku memilih setia-Fatin Shidqia
Sabtu, 08 Juni 2013
Opa, selamat ulang tahun :')
Untuk opaku,
di surga
Dear opaku tersayang, selamat ulang tahun ya...
di surga
Dear opaku tersayang, selamat ulang tahun ya...
Sedih rasanya melewati hari ini tanpa kehadiranmu. Padahal semenjak Natal tahun lalu aku sudah bersiap-siap merencanakan kejutan kecil untuk hari ini. Sayangnya, rencanaku ada di luar rencana Tuhan. Jangankan untuk meniup lilin, kehadiranmu saja sudah tiada lagi disini, di sisi anak dan cucumu. Aku merindukanmu, opa. Aku sungguh menyesal karena sempat mengeluh saat mengurusmu di waktu kau lemah dan tidak berdaya. Walaupun rasa penyesalan itu langsung buru-buru kutebus dengan menyanyikan lagu lawas rohani untukmu ketika kau tertidur melawan rasa sakit di ruangan dingin yang menyesakkan nafas dan selalu membuat perasaan orang yang masuk ke dalamnya seolah dipermainkan harapan, ruang ICU. Saat itu aku sungguh tidak lagi mau mengembalikan memoriku ke masa dimana oma, istrimu tercinta, memperjuangkan hidupnya dengan dibantu berbagai macam alat yang aku yakin sangat menyakitkan jika harus dimasukkan ke dalam tubuh. Aku tak mau lagi teringat ketika oma pergi dengan ditandai bunyi panjang dari sebuah monitor yang juga menunjukkan garis lurus itu, sungguh, aku tak mau. Karena aku tau tak lama lagi aku akan mengalami sakitnya ditinggalkan.
Aku bisa melihat ikatan cinta kalian yang begitu kuat sehingga Tuhan membuat jalan yang sama untuk kepulangan kalian, kalian sama-sama harus melewati ruang ICU sebelum menikmati indahnya Surga. Bahkan penyakit yang menghantar kalian pada kehidupan yang baru juga sama, stroke.
Huuuhft, pedih mataku jika membayangkan rasa sakit yang harus kalian alami waktu itu. Tapi aku bersyukur sekali karena kemurahan Tuhan selalu turun atas kita semua, Tuhan tidak mau melihat kalian terlalu lama bertarung dengan penyakit. Tuhan begitu cepat memanggil kalian, mungkin supaya kalian bisa bersatu lagi secepatnya.
Kembali pada hari ini. Seharusnya usiamu sudah mencapai angka 69 ya opa? Maaf, aku lupa. Tapi pertanyaan aku tadi sudah dijawab kok sama mama. Katanya mama semalam memimpikanmu, opa. Jujur, aku iri sama mama, aku juga ingin memimpikanmu, opa. Aku merindukanmu.
Banyak hal yang sebetulnya ingin aku tanyakan, opa. Aku ingin menanyakan suasana rumahmu sekarang, Indahkah disana? Apa disana ada ladang tempat kau bertanam umbi-umbian? Apa disana ada kolam ikan tempat kesukaanmu memancing? Apa disana kau bertemu Paulus? Tokoh yang sangat dikagumi istrimu. Ah iya, istrimu. Untuk hal ini aku tak perlu lagi bertanya. Aku yakin kau sudah bertemu oma. Bagaimana keseharian kalian disana? Kalian pasti sangat bahagia karena bisa dengan leluasa memuji dan menyembah Pribadi yang sangat kalian kasihi. Ya, Pribadi yang selalu kau tegur setiap hari opa. Aku senang jika memikirkan kau bisa tiap hari bercengkrama dengan Pribadi itu, Yesus Kristus, Tuhan kita. Ah, aku jadi tidak sabar rasanya menyusul kalian berdua. Tapi disini jalanku masih panjang untuk bisa seperti kalian.
Aku harus lebih tekun lagi dalam menelusuri jejak langkah teladan kalian.
Aku harus bertahan melewati tempaan hidup untuk dapat menjadi bejana yang kuat.
Tuggu aku ya opa, oma !
Hingga saat aku selesai dipoles dan menjadi bejana yang cantik, aku akan kesana.
Tuhan pasti akan menjemputku untuk mempertemukan kita.
Aku yakin itu!
Sampai disini ya opaku, omaku.
Aku percaya Tuhan akan menyampaikan surat ini tanpa aku minta sekalipun.
Kububuhi perangko cinta dalam surat ini.
Aku sayang kalian...
Aku bisa melihat ikatan cinta kalian yang begitu kuat sehingga Tuhan membuat jalan yang sama untuk kepulangan kalian, kalian sama-sama harus melewati ruang ICU sebelum menikmati indahnya Surga. Bahkan penyakit yang menghantar kalian pada kehidupan yang baru juga sama, stroke.
Huuuhft, pedih mataku jika membayangkan rasa sakit yang harus kalian alami waktu itu. Tapi aku bersyukur sekali karena kemurahan Tuhan selalu turun atas kita semua, Tuhan tidak mau melihat kalian terlalu lama bertarung dengan penyakit. Tuhan begitu cepat memanggil kalian, mungkin supaya kalian bisa bersatu lagi secepatnya.
Kembali pada hari ini. Seharusnya usiamu sudah mencapai angka 69 ya opa? Maaf, aku lupa. Tapi pertanyaan aku tadi sudah dijawab kok sama mama. Katanya mama semalam memimpikanmu, opa. Jujur, aku iri sama mama, aku juga ingin memimpikanmu, opa. Aku merindukanmu.
Banyak hal yang sebetulnya ingin aku tanyakan, opa. Aku ingin menanyakan suasana rumahmu sekarang, Indahkah disana? Apa disana ada ladang tempat kau bertanam umbi-umbian? Apa disana ada kolam ikan tempat kesukaanmu memancing? Apa disana kau bertemu Paulus? Tokoh yang sangat dikagumi istrimu. Ah iya, istrimu. Untuk hal ini aku tak perlu lagi bertanya. Aku yakin kau sudah bertemu oma. Bagaimana keseharian kalian disana? Kalian pasti sangat bahagia karena bisa dengan leluasa memuji dan menyembah Pribadi yang sangat kalian kasihi. Ya, Pribadi yang selalu kau tegur setiap hari opa. Aku senang jika memikirkan kau bisa tiap hari bercengkrama dengan Pribadi itu, Yesus Kristus, Tuhan kita. Ah, aku jadi tidak sabar rasanya menyusul kalian berdua. Tapi disini jalanku masih panjang untuk bisa seperti kalian.
Aku harus lebih tekun lagi dalam menelusuri jejak langkah teladan kalian.
Aku harus bertahan melewati tempaan hidup untuk dapat menjadi bejana yang kuat.
Tuggu aku ya opa, oma !
Hingga saat aku selesai dipoles dan menjadi bejana yang cantik, aku akan kesana.
Tuhan pasti akan menjemputku untuk mempertemukan kita.
Aku yakin itu!
Sampai disini ya opaku, omaku.
Aku percaya Tuhan akan menyampaikan surat ini tanpa aku minta sekalipun.
Kububuhi perangko cinta dalam surat ini.
Aku sayang kalian...
teriring sayang dalam doa,
dari cucu perempuanmu, Tirza
Langganan:
Postingan (Atom)