Untuk opaku,
di surga
Dear opaku tersayang, selamat ulang tahun ya...
di surga
Dear opaku tersayang, selamat ulang tahun ya...
Sedih rasanya melewati hari ini tanpa kehadiranmu. Padahal semenjak Natal tahun lalu aku sudah bersiap-siap merencanakan kejutan kecil untuk hari ini. Sayangnya, rencanaku ada di luar rencana Tuhan. Jangankan untuk meniup lilin, kehadiranmu saja sudah tiada lagi disini, di sisi anak dan cucumu. Aku merindukanmu, opa. Aku sungguh menyesal karena sempat mengeluh saat mengurusmu di waktu kau lemah dan tidak berdaya. Walaupun rasa penyesalan itu langsung buru-buru kutebus dengan menyanyikan lagu lawas rohani untukmu ketika kau tertidur melawan rasa sakit di ruangan dingin yang menyesakkan nafas dan selalu membuat perasaan orang yang masuk ke dalamnya seolah dipermainkan harapan, ruang ICU. Saat itu aku sungguh tidak lagi mau mengembalikan memoriku ke masa dimana oma, istrimu tercinta, memperjuangkan hidupnya dengan dibantu berbagai macam alat yang aku yakin sangat menyakitkan jika harus dimasukkan ke dalam tubuh. Aku tak mau lagi teringat ketika oma pergi dengan ditandai bunyi panjang dari sebuah monitor yang juga menunjukkan garis lurus itu, sungguh, aku tak mau. Karena aku tau tak lama lagi aku akan mengalami sakitnya ditinggalkan.
Aku bisa melihat ikatan cinta kalian yang begitu kuat sehingga Tuhan membuat jalan yang sama untuk kepulangan kalian, kalian sama-sama harus melewati ruang ICU sebelum menikmati indahnya Surga. Bahkan penyakit yang menghantar kalian pada kehidupan yang baru juga sama, stroke.
Huuuhft, pedih mataku jika membayangkan rasa sakit yang harus kalian alami waktu itu. Tapi aku bersyukur sekali karena kemurahan Tuhan selalu turun atas kita semua, Tuhan tidak mau melihat kalian terlalu lama bertarung dengan penyakit. Tuhan begitu cepat memanggil kalian, mungkin supaya kalian bisa bersatu lagi secepatnya.
Kembali pada hari ini. Seharusnya usiamu sudah mencapai angka 69 ya opa? Maaf, aku lupa. Tapi pertanyaan aku tadi sudah dijawab kok sama mama. Katanya mama semalam memimpikanmu, opa. Jujur, aku iri sama mama, aku juga ingin memimpikanmu, opa. Aku merindukanmu.
Banyak hal yang sebetulnya ingin aku tanyakan, opa. Aku ingin menanyakan suasana rumahmu sekarang, Indahkah disana? Apa disana ada ladang tempat kau bertanam umbi-umbian? Apa disana ada kolam ikan tempat kesukaanmu memancing? Apa disana kau bertemu Paulus? Tokoh yang sangat dikagumi istrimu. Ah iya, istrimu. Untuk hal ini aku tak perlu lagi bertanya. Aku yakin kau sudah bertemu oma. Bagaimana keseharian kalian disana? Kalian pasti sangat bahagia karena bisa dengan leluasa memuji dan menyembah Pribadi yang sangat kalian kasihi. Ya, Pribadi yang selalu kau tegur setiap hari opa. Aku senang jika memikirkan kau bisa tiap hari bercengkrama dengan Pribadi itu, Yesus Kristus, Tuhan kita. Ah, aku jadi tidak sabar rasanya menyusul kalian berdua. Tapi disini jalanku masih panjang untuk bisa seperti kalian.
Aku harus lebih tekun lagi dalam menelusuri jejak langkah teladan kalian.
Aku harus bertahan melewati tempaan hidup untuk dapat menjadi bejana yang kuat.
Tuggu aku ya opa, oma !
Hingga saat aku selesai dipoles dan menjadi bejana yang cantik, aku akan kesana.
Tuhan pasti akan menjemputku untuk mempertemukan kita.
Aku yakin itu!
Sampai disini ya opaku, omaku.
Aku percaya Tuhan akan menyampaikan surat ini tanpa aku minta sekalipun.
Kububuhi perangko cinta dalam surat ini.
Aku sayang kalian...
Aku bisa melihat ikatan cinta kalian yang begitu kuat sehingga Tuhan membuat jalan yang sama untuk kepulangan kalian, kalian sama-sama harus melewati ruang ICU sebelum menikmati indahnya Surga. Bahkan penyakit yang menghantar kalian pada kehidupan yang baru juga sama, stroke.
Huuuhft, pedih mataku jika membayangkan rasa sakit yang harus kalian alami waktu itu. Tapi aku bersyukur sekali karena kemurahan Tuhan selalu turun atas kita semua, Tuhan tidak mau melihat kalian terlalu lama bertarung dengan penyakit. Tuhan begitu cepat memanggil kalian, mungkin supaya kalian bisa bersatu lagi secepatnya.
Kembali pada hari ini. Seharusnya usiamu sudah mencapai angka 69 ya opa? Maaf, aku lupa. Tapi pertanyaan aku tadi sudah dijawab kok sama mama. Katanya mama semalam memimpikanmu, opa. Jujur, aku iri sama mama, aku juga ingin memimpikanmu, opa. Aku merindukanmu.
Banyak hal yang sebetulnya ingin aku tanyakan, opa. Aku ingin menanyakan suasana rumahmu sekarang, Indahkah disana? Apa disana ada ladang tempat kau bertanam umbi-umbian? Apa disana ada kolam ikan tempat kesukaanmu memancing? Apa disana kau bertemu Paulus? Tokoh yang sangat dikagumi istrimu. Ah iya, istrimu. Untuk hal ini aku tak perlu lagi bertanya. Aku yakin kau sudah bertemu oma. Bagaimana keseharian kalian disana? Kalian pasti sangat bahagia karena bisa dengan leluasa memuji dan menyembah Pribadi yang sangat kalian kasihi. Ya, Pribadi yang selalu kau tegur setiap hari opa. Aku senang jika memikirkan kau bisa tiap hari bercengkrama dengan Pribadi itu, Yesus Kristus, Tuhan kita. Ah, aku jadi tidak sabar rasanya menyusul kalian berdua. Tapi disini jalanku masih panjang untuk bisa seperti kalian.
Aku harus lebih tekun lagi dalam menelusuri jejak langkah teladan kalian.
Aku harus bertahan melewati tempaan hidup untuk dapat menjadi bejana yang kuat.
Tuggu aku ya opa, oma !
Hingga saat aku selesai dipoles dan menjadi bejana yang cantik, aku akan kesana.
Tuhan pasti akan menjemputku untuk mempertemukan kita.
Aku yakin itu!
Sampai disini ya opaku, omaku.
Aku percaya Tuhan akan menyampaikan surat ini tanpa aku minta sekalipun.
Kububuhi perangko cinta dalam surat ini.
Aku sayang kalian...
teriring sayang dalam doa,
dari cucu perempuanmu, Tirza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar