Minggu, 02 Februari 2014

Apa Rahasianya Menjadi Kamu, Lizzie?

Judul surat di atas bukan berarti menunjukkan kalau aku ingin menjadi dirimu. 
Jujur, aku pasti tak akan mampu berada di posisimu.
Surat ini hanyalah sebuah dedikasi kecil yang dapat kuberikan atas kekaguman dan keherananku pada perbuatan tangan Tuhan yang begitu sempurna dalam hidupmu.

Surat hari ini kutujukan untukmu: Lizzie Velasquez...

Untukmu yang baru saja kulihat kisahnya melalui layar televisi.

Siang ini sepertinya matahari enggan untuk memegahkan sinarnya, ia hanya tersipu malu-malu di balik gumpalan awan berwarna kelabu, mendung.
Aku yang baru saja pulang dari Gereja merasa enggan untuk bersentuhan dengan air sekedar untuk mencuci mukaku dari debu yang menempel di wajahku. Setiba di rumah langsung saja aku mengambil remote televisi sembari membalut rapat-rapat kaki tanganku dengan selimut; aku kedinginan.
Setelah beberapa kali aku menggonta-ganti channel TV, akhirnya mataku terpaku pada satu sosok; dirimu. Di salah satu stasiun televisi itulah aku pertama kali melihatmu. Tunggu! Kuralat, kalau aku tidak salah ingat ini bukan kali pertama aku melihatmu. Ya, ingatanku tidak salah. Ini sudah kedua kalinya aku melihatmu di layar televisi yang sama. Bedanya, saat pertama kali aku melihatmu, kala itu salah satu program di stasiun televisi tersebut mengategorikanmu sebagai orang terjelek nomor tiga di dunia. Dan kini aku melihatmu diberitakan sebagai salah satu motivator terpopuler yang banyak menginspirasi kaum hawa di seluruh dunia!

Bagaimana rasanya menjadi dirimu?

Seusai kisahmu ditayangkan di program tv tersebut, aku langsung tertarik untuk mencari tau lebih dalam lagi tentangmu. Kisahmu menggelitik rasa penasaranku yang masih sering sekali mengeluh dan tidak bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini. Jika melihat sekilas saja dirimu, aku bahkan tidak bisa membayangkan  seberat apa hidup yang kamu jalani selama ini. Apakah kamu pernah merasakan rasanya dicintai pria? Ataukah kamu pernah merasakan nikmatnya berbelanja di mall-mall besar tanpa harus memikirkan pandangan mata yang menatap aneh padamu? Ah, rasanya terlalu hebat untuk menjadi dirimu, Lizzie. Bahkan di salah satu artikel tentangmu yang kubaca, disana dituliskan bahwa saat remaja kamu pernah menemukan sebuah video yang menyebutmu sebagai wanita terjelek di dunia dan yang membuatku lebih merinding adalah saat aku tau yang membuat video itu adalah teman-teman sekolahmu sendiri. Nah, disitulah aku tidak habis pikir. Bagaimana bisa seorang gadis seperti dirimu mampu bertahan dengan berbagai tekanan yang ada hingga sampai saat ini. Hmm, kuasa Tuhan sepertinya membungkus sempurna hatimu ya, sampai-sampai kamu bisa dengan tulus mengampuni semua orang yang telah "melecehkanmu" itu. Sungguh, aku kagum padamu, Lizzie!

"Cantik adalah saat kita bisa menerima diri kita apa adanya. Saat itulah kita bisa melihat diri kita yang paling cantik."-LV

Aku sedikit bergetar ketika mendengar kalimat di atas terucap dari bibirmu. Apa kalimat di ataslah yang menjadi secuil jawaban atas pertanyaanku yang tersemat di judul surat ini?
Aku jadi teringat tingkahku beberapa menit sebelum kalimat itu kudengar darimu. Aku bercermin memperhatikan bagian kanan pipiku yang dihiasi oleh beberapa jerawat kecil yang kini mulai memerah akibat ulah nakal tanganku yang tak henti memencet-mencet dengan gemas jerawat-jerawat yang telah menjadi langganan di masa PMSku. Aku mengeluh dan membujuk mamaku untuk segera membelikanku obat jerawat yang bisa dengan cepat menghilangkan jerawat-jerawat ini dari wajahku. Mamaku hanya meresponi dengan gelengan kepala dan sebuah kalimat bernada candaan: "Ada jerawat juga tetep cantik kok asal bibirnya ngga manyun mulu, asal ngga ngambekan mulu."
"Ah, tetap saja ngga cantik!" Aku tetap menggerutu dalam hati. 
Belum selesai aku mengeluh dalam hati, aku kembali lagi melihat sosokmu di televisi yang tadi baru saja diselingi beberapa iklan. Betapa aku menjadi malu dan sadar bahwa aku begitu kurang ajar pada Tuhan. Aku langsung menyadari bahwa beberapa menit yang lalu secara tidak langsung aku telah mengejek diriku sendiri yang merupakan ciptaanNya. Kalau kutengok lagi ke belakang, aku juga sadar, aku lebih sering mengeluh dibanding bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini. Padahal kalau melihat dirimu, tidak ada lagi alasan bagiku untuk tidak bersyukur.

Terima kasih, Lizzie :)

Lizzie, terima kasih atas kesaksian hidupmu yang luar biasa.
Terima kasih karena telah menjadi cantik tanpa rambut lembut yang panjang terurai, kulit yang putih, gigi yang berbaris rapi, mata yang lentik, ataupun tubuh yang langsing!
Terima kasih untuk kehebatanmu dalam memotivasi diri sendiri hingga motivasi itu dapat kau tularkan kepada banyak wanita lainnya, termasuk aku.
Terima kasih juga karena telah menunjukkan bahwa cantik bukanlah hanya soal penampilan fisik tapi juga gambar diri melalui kesuksesan dan pencapaian dalam hidup.
Surat ini selesai kutuliskan untukmu, tapi biarlah dirimu tetap menulis dalam lembar kehidupan yang telah Tuhan sediakan untukmu. 

Dari: 
Gadis yang terinspirasi olehmu.
Seorang gadis yang jarang bersyukur,
yang seringkali merasa tak cantik meski sudah berdandan.
Kini, berkat dirimu, ia jadi mengerti apa arti cantik yang sesungguhnya; sikap hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar