Untukmu, @sunoesche
Sebelum aku membicarakan tanggal enam dalam surat ini. Ingatkah kamu peristiwa-peristiwa manis yang telah terjadi di antara kita sebelum tanggal enam, tujuh bulan silam?
Aku memang bukan pengingat yang handal, tapi beberapa peristiwa masih terputar jelas di ingatanku. Dan mengingat kembali semua peristiwa itu tanpa sadar menjadi sebuah kebiasaan baruku setiap tanggal enam. Ya, kenangan memang selalu memiliki rasa yang unik bagi masing-masing pribadi, tak terkecuali untuk kita.
Dear Suno Christiawan...
Selamat berjumpa kembali di tanggal enam. Angka yang tidak cantik tapi cukup memiliki arti yang penting bagiku juga bagimu. Tanggal dimana pelukan pertamaku menghambur erat mendekapmu, sebagai pertanda bahwa sebuah kisah baru akan dimulai sekaligus mematik api cinta yang sempat redup di dalam hati ini.
Di sore hari tanggal enam ini, mungkin kita tidak bertemu. Kesibukan kita yang berbeda bersikeras menuntut kehadiran masing-masing kita untuk mereka. Tapi tak apa, melewati pergantian dari tanggal lima menuju tanggal enam dengan hanya bersinggungan tatapan mata denganmu saja itu sudah sangat cukup bagiku. Mungkin Tuhan telah mengatur peristiwa semalam dengan begitu rapi. Agar kita yang seharusnya pulang tepat waktu, ditahannya dulu untuk sekedar melewati pergantian hari bersama. Ya, setidaknya ada hal yang bisa kita syukuri dari kejadian bocornya ban motormu semalam.
Jujur, untuk hari ini aku agak buntu dalam berpikir apalagi mencari inspirasi untuk memenuhi isi surat ini dengan kata-kata yang manis. Ujian hari ini dan lembar-lembar proposal yang harus kuperiksa telah memeras pikiranku tanpa ampun. Lagi-lagi hanya ini yang bisa kusampaikan padamu:
Terlalu sederhana memang, terlebih kalimat ini mudah kamu jumpai dimana saja dan pada siapa saja. Tapi semoga kalimat sederhana yang terucap dariku itu bisa menjadi sesuatu yang istimewa di hatimu. Sama halnya dengan harapanku semalam. Aku berdoa dengan sangat sederhana kepada Tuhan, tepat beberapa saat sebelum aku tidur, hanya satu hal yang kuminta padaNya. Aku memohon dengan sangat agar kita bukanlah dua pemeran utama dari kisah berbeda yang bertemu hanya untuk sementara. Itu saja yang kuminta, semoga saat membacanya kamu bisa mengimani dan mengaminkan juga doaku itu.
Surat ini akan kuakhiri, tapi tolong jangan akhiri cerita kita sampai tanggal-tanggal enam yang berikutnya kembali menghampiri.
Sekali lagi, selamat tanggal enam untuk aku dan kamu; untuk kita.
Sampai berjumpa lagi di tanggal enam berikutnya.
With love,
Vierena Tirza Dwivantiara
Di sore hari tanggal enam ini, mungkin kita tidak bertemu. Kesibukan kita yang berbeda bersikeras menuntut kehadiran masing-masing kita untuk mereka. Tapi tak apa, melewati pergantian dari tanggal lima menuju tanggal enam dengan hanya bersinggungan tatapan mata denganmu saja itu sudah sangat cukup bagiku. Mungkin Tuhan telah mengatur peristiwa semalam dengan begitu rapi. Agar kita yang seharusnya pulang tepat waktu, ditahannya dulu untuk sekedar melewati pergantian hari bersama. Ya, setidaknya ada hal yang bisa kita syukuri dari kejadian bocornya ban motormu semalam.
Jujur, untuk hari ini aku agak buntu dalam berpikir apalagi mencari inspirasi untuk memenuhi isi surat ini dengan kata-kata yang manis. Ujian hari ini dan lembar-lembar proposal yang harus kuperiksa telah memeras pikiranku tanpa ampun. Lagi-lagi hanya ini yang bisa kusampaikan padamu:
aku mencintaimu.
Surat ini akan kuakhiri, tapi tolong jangan akhiri cerita kita sampai tanggal-tanggal enam yang berikutnya kembali menghampiri.
Sekali lagi, selamat tanggal enam untuk aku dan kamu; untuk kita.
Sampai berjumpa lagi di tanggal enam berikutnya.
With love,
Vierena Tirza Dwivantiara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar