Selamat pagi, Tuan yang sedang uring-uringan.
Sayang, ketika aku membaca suratmu kemarin aku sempat tersenyum-senyum sendiri. Bukan, bukan karena aku senang melihatmu kesulitan menghadapi si gigi bungsu. Tapi yang sedikit lucu bagiku adalah entah mengapa kamu si sulung ini sering kesulitan sampai uring-uringan saat menghadapi yang bungsu-bungsu. Seperti aku misalnya. Jangan memungkiri, Sayang. Yang bungsu memang seringkali sulit untuk ditaklukan. Hihihi
Baiklah, lupakan soal si gigi bungsu itu. Toh itu adalah proses alami yang akan dialami oleh manusia normal yang hendak beranjak dewasa. Bersyukurlah sayang, karena dari ceritamu kemarin proses tumbuhnya gigi bungsumu ini terbilang sangat cepat. Apalagi bila dibandingkan denganku. Proses pertumbuhan gigi geraham bungsuku ini sangatlah lamban. Di satu waktu ia berulah, memunculkan diri dengan disertai rasa sakit selama seminggu lebih. Lalu di bulan lainnya ia kembali berulah dengan pola yang sama. Dan sebalnya lagi, rasa sakit yang ada itu tidak terbalas, karena gigi bungsu yang tumbuh itu hanya muncul kurang dari setengah ukuran gigi geraham lainnya.
Sayang, pagi ini agak kurang menyenangkan untukku. Kukira pagi ini kesehatanku mulai membaik, tapi nyatanya aku masih pusing dan beberapa kali sesak nafas. Dan anehnya kamu malah berkata bahwa penyebab sakitku ini adalah karena rinduku padamu. Astaga, kamu pikir rindu yang menumpuk ini bisa menghalangi oksigen untuk beraktivitas di dalam tubuhku? Bisa jadi sih kalau rindunya sudah sekarat sampai berbulan-bulan tak bertemu. Tapikan kita baru beberapa hari tidak bertemu, tidak sampai seminggu. Jadi kurasa, bukan itu alasannya. Semoga saja ini bukan pertanda aku mengidap penyakit yang aneh-aneh.
Oia, pagi ini juga aku melihat berita di televisi mengenai geng motor yang merajalela di wilayah Bekasi. Dan setelah itu juga disiarkan berita mengenai himbauan warga Depok untuk berhati-hati pula terhadap geng motor. Entahlah, kedua berita itu sangat membuatku khawatir. Selain karena berita itu menandakan bahwa kedua kota tempat kita beraktivitas sudah tidak aman, titik rawan geng motor itu adalah jalan-jalan yang biasa kamu lalui untuk menemuiku. Apakah begitu beratnya perjuangan yang harus kamu lalui untuk menemuiku? Oke, aku berlebihan.
Hmm, apapun yang menjadi halangan untuk kita bertemu aku harap itu tidak mengurangi intensitas komunikasi kita ya, Sayang. Karena biar bagaimanapun ada hal yang bisa kita syukuri dari jarak yang memisahkan keberadaan kita. Pertama, kita bisa bersyukur karena jarak yang memisahkan tempat tinggal kita itu masih bisa ditempuh dalam hitungan jam oleh kendaraan bermotor. Kedua, jarak yang terpaut di antara kita dapat menyadarkan kita bahwa waktu temu yang Tuhan izinkan ada di antara kita itu berharga adanya. Jadi, jangan kita sia-siakan waktu pertemuan kita yang tak sering itu. Ketiga, jarak tidak sekejam yang kita duga. Ia tidak dengan sengaja memisahkan kita, tapi itu memang alur yang Tuhan buat untuk membuat kita tetap berada pada tempat kita masing-masing dan mengerjakan pekerjaan yang sudah Ia tetapkan bagi kita.
Sejujurnya, baru kali ini rasa syukurku disebabkan oleh jarak. Terlebih saat ini juga terdapat beberapa ancaman dalam jarak yang memisahkan kita. Ya beruntunglah kamu jika saat ini aku lebih banyak bersyukur dibanding mengeluh karena jarak. Sebab seperti yang kamu tau, aku kurang bisa sabar jika harus berbicara soal jarak. Karena jarak dan waktu akan menyublim menjadi sebuah rindu. Semoga saja besok atau mungkin nanti menjelang sore akan ada berita baik yang dibawa oleh para aparat kita mengenai ulah nakal geng motor tersebut. Supaya tak ada lagi rasa cemas dan khawatir yang menyatu dengan gebu rindu saat akan bertemu denganmu.
Baiklah, Tuan. Sampai disini dulu suratku hari ini.
Semoga harimu menyenangkan ya, Sayang!
Peluk dan rindu tercurah melalui doa bagimu.
Dari Nonamu di Depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar