Surat ini ditulis atas dasar rasa cinta yang mendalam kepada wanita terhebat yang telah melahirkanku ke dalam dunia ini. Mungkin aku terlalu canggung untuk memberikannya secara langsung melalui kertas surat biasa. Namun biarlah jemariku menari dengan lembut di atas belantara huruf-huruf ini sembari diiringi lantunan suara hati. Dan melalui halaman maya ini kutuangkan sedikit tulisan yang timbul dari rasa terima kasihku yang tak terhingga kepadamu, Mama.
Surat ini kutujukan untuk Mama yang selalu bisa.
Ketika aku belum mengenal dunia...
Mama selalu bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan yang pantang bagi kesehatanku yang saat itu masih berupa janin. Mama selalu bisa menahan rasa mual saat meminum susu yang tidak disukainya hanya demi diriku, agar aku mendapatkan nutrisi yang cukup.
Mama selalu bisa mengelus dengan lembut perutnya yang mulai membesar karena aku yang berada di dalamnya mulai bertumbuh.
Mama selalu bisa tanpa mengeluh membawaku kesana kemari selama sembilan bulan aku berdiam di dalam rahimnya.
Mama selalu bisa walaupun rasa sakit meliputinya, namun dengan kekuatan penuh cinta Mama melahirkanku, anak keduanya. Agar aku bisa mengenal dunia dan tidak terus menerus merasa sendiri di dalam rahimnya.
Ketika aku kecil...
Mama selalu bisa dengan pandai mengenalkanku pada dunia dan dengan penuh ketulusan memberiku cinta.
Mama selalu bisa dengan penuh kesabaran, tanpa lelah mengikuti aku kemanapun kaki kecilku mencoba untuk berjalan meski tertatih. Tangan mama selalu siap menopang ketika aku hendak terjatuh karena belum seutuhnya memiliki keseimbangan.
Mama selalu bisa menyuapiku di saat aku mulai tidak nafsu makan. Bujuk rayunya mampu membuatku mau menelan sayuran yang tidak kusukai sekalipun.
Mama selalu bisa dengan lihai mengajariku bertutur kata dengan baik. Mama selalu bisa membawaku untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungan baruku. Berkat dirinya aku bukan hanya memiliki banyak teman tapi juga disukai oleh banyak guru-guru di sekolahku.
Mama selalu bisa mengobati setiap luka-lukaku saat aku terjatuh. Ditiupnya lukaku pelan-pelan ketika aku mulai menjerit kesakitan akibat tetesan obat. Dengan sabar Mama melakukan hal itu berulang-ulang sampai lukaku hilang tanpa bekas.
Mama selalu bisa menularkan hobinya yang positif kepadaku. Tak heran jika sejak umur tiga tahun aku sudah pandai mengeja kata demi kata sehingga ibu guruku saat taman kanak-kanakpun tidak pernah kesulitan untuk mengajariku membaca maupun menulis. Dan hingga kini buku telah menjadi makanan keduaku setelah nasi, itupun karena Mama selalu bisa memberiku uang untuk membeli buku-buku yang baru.
Mama selalu bisa dengan cara yang cerdik mendidikku untuk rajin belajar. Caramu yang cerdiklah yang membuatku selalu lebih unggul dari teman-temanku sejak taman kanak-kanak sampai sekarang.
Mama selalu bisa meracik masakan yang bumbunya terasa pas di lidahku. Makanan buatanmu selalu menjadi yang juara untuk lidahku, bahkan sampai saat ini.
Ketika aku beranjak dewasa...
Mama selalu bisa menjadi teman terbaikku meskipun aku memiliki banyak teman di luar sana. Mama selalu menjadi tempatku berpulang ketika aku mulai lelah menghadapi masalah yang tidak pernah kutemui saat masih kecil.
Mama selalu bisa memelukku ketika aku patah hati karena cinta. Pelukannya pun selalu ada ketika aku bertengkar dengan sahabatku. Padahal dibanding dengannya, waktuku lebih banyak kuhabiskan di luar sana, dengan sahabatku juga pacarku.
Mama selalu bisa membasuh air mataku ketika aku sedang bersedih. Entah karena nilaiku yang tidak memuaskan atau karena hal lain yang mungkin sepele baginya. Meskipun baginya masalahku adalah hal biasa, namun ia tak pernah meremehkan setiap masalahku, sekecil apapun itu.
Mama selalu bisa dengan lihai mengajariku memasak. Agar kelak aku tidak kerepotan menyajikan makanan untuk suamiku, begitu pesannya.
Mama selalu bisa dengan sabar mengurus kucing-kucing peliharaanku yang kuabaikan akibat tugas kuliah yang menumpuk. Padahal saat libur, aku tak pernah membantu pekerjaan rumahnya tanpa disuruh.
Mama selalu bisa dengan rajin mengingatkanku untuk tidak terlambat makan ketika kegiatanku mulai menguras seluruh pikiran, tenaga bahkan waktuku. Dan ketika aku jatuh sakit karena mengabaikan peringatannya, Mama juga selalu bisa merawatku hingga aku sehat kembali.
Mama selalu bisa menahan kantuk hanya untuk menungguku yang pulang terlalu larut. Tak jarang ia menahan lapar untuk menungguku pulang dan makan di rumah bersamanya.
Mama selalu bisa menahan kantuk hanya untuk menungguku yang pulang terlalu larut. Tak jarang ia menahan lapar untuk menungguku pulang dan makan di rumah bersamanya.
Mama selalu bisa mengajakku memandang dunia dengan lebih luas lagi. Mama selalu menceritakan kegagalannya padaku, agar kelak aku tak mengalami kegagalan yang sama dengannya. Ia tak mempedulikan rasa malunya ketika menceritakan kegagalannya demi membuatku berhasil melebihi dirinya.
Mama selalu bisa meluangkan waktu untuk berlutut membalut namaku di dalam doanya. Meskipun Mama tau, aku jarang melakukan hal serupa untuknya tapi ia tak pernah menuntutku untuk mendoakannya kembali.
. . .
Masih banyak kebisaan Mama yang lain tapi ternyata jemariku tak cukup kuat untuk menuliskannya. Dan halaman maya ini tak cukup luas untuk membukukan kebisaan Mama.
Terima kasih, Mama. Terima kasih untuk dirimu yang selalu bisa melakukan apapun untuk kebaikanku. Tunggu aku sampai aku bisa menjadi kebanggaanmu. Dan panjanglah umurmu, agar kelak kau bisa melihat kebisaan dirimu ada padaku.
Salam sayang,
putrimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar