Selasa, 18 Februari 2014

Masih Perihal Mimpi

Peluk sayangku dari jauh untukmu, Tuan Imajinasiku.

Selamat siang menjelang sore, Sayangku.
Aku sudah membaca surat ucapan syukurmu kemarin. Dan tidak seperti biasanya, aku membaca surat itu berulang kali sampai tak terhitung oleh jemari tanganku. Aku bahagia, menjadi salah satu alasan untukmu mengucap syukur adalah salah satu kebahagiaan tak terhingga yang Tuhan anugerahkan bagiku. Mungkin dalam surat itu kamu tidak menjawab tawaranku yang memintamu untuk menceritakan bagaimana mimpimu kepadaku. Baiklah, kuharap kamu bisa menceritakan perihal mimpimu itu di lain waktu. Di surat berikutnya, mungkin?

Masih soal mimpi. Hari ini lagi-lagi aku bermimpi tentangmu. Bukan, mimpi yang kali ini bukan murni bunga tidur yang Tuhan hadiahi untukku. Mimpi yang satu ini adalah hasil imajinasiku ketika mengirimkan surat permohonan kencan yang kuajukan kepada salah satu tukang posku dalam proyek 30 hari menulis surat cinta. Betapa beruntungnya aku. Karena tanpa perlu pusing memikirkan untuk siapa aku mengirimkan surat hari ini, aku bisa menentukannya dengan cepat dan tepat tentunya. Ya, tanpa perlu berpikir lagi aku mengajukan surat permohonan kencan itu untukmu. Pacarku yang juga bertugas sebagai tukang posku.

Entahlah, hanya dalam waktu hitungan beberapa menit saja aku mampu menulis banyak kata hingga menimbun aksara dalam belantara surat cinta. Kamu memang mampu menjadi muara dari segala imajinasiku, Sayang. Ah, andai segala imajinasiku itu dapat kurealisasikan bersamamu. Tapi aku yakin cepat atau lambat segala mimpi-mimpi yang telah kita ciptakan secara sadar itu tidak hanya sekedar menjadi sampah perandaian. Percayalah, kelak kita akan mampu meraih asa yang telah kita rajut bersama ini.

Sayang, badai dan segala kerikil kecil akan semakin gemar menghantam kita dalam perjalanan. Aku harap kamu selalu siap menggenggam tanganku sampai asa itu menjadi milik kita. Bukankah kamu pernah berkata bahwa dunia akan tercengang hebat ketika melihat kita berdua mampu berdiri bersama dengan mimpi-mimpi yang telah terwujud? 

Ayolah, mari kita percepat waktu untuk mengejutkan dunia ini. Ayo kita bangun dan berlari bersama mewujudkan mimpi-mimpi kita itu. Jiwaku begitu bergelora untuk segera masuk ke dunia yang telah kita impikan itu. Tapi sayang, kalaupun di tengah perjalanan nanti aku lelah dan ingin berhenti. Tolong kamu ingatkan kembali ambisiku yang terlalu ingin membahagiakan kita. Agar perhentianku itu hanya untuk sementara dan selanjutnya aku akan beranjak lagi bersamamu menapaki jalan impian.

Dan yang terakhir yang tak boleh terlupakan.
Tetaplah kita menyandarkan pengharapan kita kepada Dia yang telah merenda karya indah bagi kita. Berdoalah dengan tekun bersamaku. Agar rencana kita sejalan dengan rencana yang telah diguratkanNya bagi kita. Dan supaya Ia memelihara aku dan kamu dari segala ancaman yang hendak memisahkan kita.

Baiklah, Sayang. Mungkin keinginanku terlalu sempurna untuk bisa bersamamu, selalu. Ada kalanya juga kita perlu bersiaga terhadap semesta yang tak melulu sesuai dengan dugaan. Tapi bukankah kita selalu dibebaskan untuk bermimpi? Tentu dengan syarat kita harus ingat untuk bangun dan mewujudkannya. Lagipula Tuhan kita itu Maha Pengasih, tiada kata mustahil dalam kamusNya bagi kita. Bagaimana, beranikah kamu meraih segala mimpi kita itu bersamaku? Oia, tetap kutunggu cerita-cerita tentang mimpimu ya, Sayang!

Masih denganku,
Nona pemimpimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar